Tembus US$ 55/barel, Ini Warning untuk Harga Minyak Mentah!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 January 2021 09:20
Truk pengangkut truk melewati sumur minyak di Fort Berthold Indian Reservation di North Dakota, A.S., 1 November 2014. REUTERS / Andrew Cullen / File Photo
Foto: REUTERS/Andrew Cullen

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak masih kuat bertahan di atas US$ 50/barel. Keputusan Arab Saudi untuk memangkas produksi secara sukarela dalam jumlah besar di bulan Februari dan Maret turut mendongkrak harga. 

Hari ini, Selasa (12/1/2021) harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah cenderung stagnan. Kontrak Brent naik 0,07% ke US$ 55,68/barel sementara kontrak West Texas Intermediate (WTI) melemah tipis 0,02% ke US$ 52,24/barel.

Arab Saudi memilih mengalah untuk memangkas produksi 1 juta barel per hari (bph) mulai Februari dan Maret dan membiarkan Rusia serta Kazahstan untuk meningkatkan output mereka. Sementara itu produksi negara-negara anggota OPEC+ lain masih sama dan tidak berubah. 

Kenaikan harga minyak mentah membuat Rusia khawatir pangsa pasarnya diserobot oleh AS seiring dengan semakin bergeliatnya industri shale oil di AS. Keputusan Arab Saudi tersebut membuat OPEC+ mampu menunda kenaikan produksi sebesar 500 ribu bph pada Februari dan Maret. 

Berbeda dengan Rusia yang ketakutan pangsa pasarnya tergerus, Arab Saudi lebih khawatir harga minyak akan kembali anjlok seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara yang memantik lockdown untuk kembali diterapkan meski program vaksinasi sudah dimulai.

Arab lebih takut pada terjadinya surplus pasokan yang akan membuat harga tertekan. Apalagi di tengah kondisi seperti sekarang ini. Penguatan dolar AS belakangan ini juga membayangi harga si emas hitam.

Setelah terkoreksi tajam dan terjerembab di level terendahnya dalam kurun waktu dua setengah tahun terakhir, indeks dolar yang mengukur keperkasaan greenback menemukan momentum untuk menguat. 

Indeks dolar mengalami technical rebound dan kembali ke level 90. Penguatan dolar AS berpotensi menghambat kenaikan lanjutan harga minyak mentah. Maklum komoditas ini dibanderol dalam dolar AS. 

Secara keseluruhan outlook harga minyak untuk tahun ini lebih positif dibandingkan dengan tahun 2020. Dalam laporan bulanan terbarunya, OPEC merevisi turun permintaan minyak global hanya naik 5,9 juta bph menjadi 95,9 juta bph. Padahal sebelumnya permintaan diperkirakan bisa naik lebih dari 6 juta bph.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesti Senang atau Sedih? Sepekan Harga Minyak Lompat 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular