
Besok Vaksinasi Corona Dimulai, Coba Cek Saham KAEF & INAF

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua saham farmasi anak usaha dari PT Biofarma (Persero), yakni PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) pada perdagangan Senin (11/1/2021) ditutup melesat.
Saham INAF ditutup melesat 25% ke posisi Rp 6.250/saham pada perdagangan Senin kemarin. Sedangkan saham KAEF ditutup melesat 20% ke Rp 6.450/saham.
Total nilai transaksi INAF pada Senin kemarin mencapai Rp 296,2 miliar, dengan volume saham yang ditransaksikan mencapai 51,19 juta lembar saham. Sementara total nilai transaksi saham KAEF mencapai Rp 820 miliar, dengan volume saham yang ditransaksikan mencapai 135,06 juta lembar saham.
Melesatnya harga saham INAF dan KAEF pada perdagangan kemarin diakibatkan dari program vaksinasi virus corona (Covid-19) di Indonesia yang akan dilakukan pada Rabu (13/1/2021) besok.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memberi label halal dan suci untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac tersebut.
Sementara itu, Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) juga telah menerbitkan izin darurat penggunaan vaksin Covid-19 buatan Sinovac pada Senin kemarin. Adapun efikasi dari vaksin Sinovac tersebut sebesar 65,3%.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan vaksinasi Covid-19 akan dimulai pada Rabu ini. Jokowi dan jajaran menteri kabinet Indonesia Maju akan jadi penerima vaksin pertama.
Sebelumnya, Jokowi mengungkapkan vaksin ini dikirimkan ke 34 provinsi. Tahap pertama sebanyak 700.000 dosis vaksin yang dikirim ke daerah-daerah.
"Untuk vaksinasi yang pertama memang prioritasnya di tenaga kesehatan, dokter, perawat yang ada di rumah sakit. Kedua nanti TNI/Polri dan juga guru langsung kita berbarengan dengan itu juga masyarakat," ungkap Jokowi.
Meski vaksinasi sudah dimulai minggu ini, Jokowi meminta kepada semua pihak tetap waspada dan tidak lengah terhadap Covid-19. Masyarakat diharapkan tetap menjalankan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
"Perkiraan vaksinasi akan selesai 3,5 tahun tapi di negara kita Insya Allah kemarin mendapatkan informasi dari Pak menteri 15 bulan, masih saya tawar kurang dari setahun harus selesai. Kita memang harus kerja keras," jelas Jokowi.
Kinerja Keuangan Indofarma
Dalam laporan keuangan Indofarma per 30 September 2020, perseroan masih catatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 18,88 miliar, turun dari periode yang sama pada tahun 2019 sebesar Rp 34,84 miliar.
Walaupun perseroan masih mencetak rugi bersihnya, namun pendapatan bersih perseroan naik menjadi Rp 749,26 miliar pada kuartal ketiga tahun 2020. Beban pokok pendapatan perseroan juga naik menjadi Rp 565,75 miliar per 30 September 2020.
Hal ini dikarenakan naiknya biaya pabrikasi per 30 September 2020, yakni naik menjadi Rp 59,58 miliar.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 naik menjadi Rp 568,98 miliar. Namun, total liabilitas jangka panjang perseroan pada kuartal III-2020 malah turun menjadi Rp 436,32 miliar.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 3,7% menjadi Rp 486,05 miliar per 30 September 2020.
Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 turun 7,97% menjadi Rp 1.49 triliun dari periode 31 Desember 2019 sebesar Rp 1,38 triliun.
Kinerja Keuangan Kimia Farma
Dalam laporan keuangan Kimia Farma per 30 September 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 37,2 miliar, turun dari periode yang sama pada tahun 2019 sebesar Rp 41,83 miliar.
Walaupun laba bersih perseroan turun, namun pendapatan bersih perseroan naik 2,5% menjadi Rp 7,05 triliun pada kuartal ketiga tahun 2020. Beban pokok pendapatan perseroan juga naik 1,2% menjadi Rp 4,41 triliun per 30 September 2020.
Hal ini dikarenakan turunnya biaya produksi per 30 September 2020, yakni turun menjadi Rp 1,12 triliun.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 turun 1,2% menjadi Rp 7,3 triliun. Total liabilitas jangka panjang perseroan per 30 September 2020 juga turun menjadi Rp 3,47 triliun.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi Rp 6,81 triliun per 30 September 2020.
Secara fundamental, saham INAF sudah terbilang mahal, yang ditunjukkan oleh valuasi harga dibanding nilai bukunya (price to book value/PBV) di angka 31,88 kali, lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata saham farmasi lainnya di angka 1,66 kali dilansir dari Refinitiv.
Sedangkan, PBV saham KAEF di angka 4,12 kali, masih lebih mahal sedikit dibandingkan dengan rata-rata saham farmasi lainnya di angka 1,66 kali.
PBV adalah rasio harga terhadap nilai buku, biasa digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Misalkan PBV sebesar 4x, artinya harga saham sudah tumbuh sebesar 4 kali lipat dibandingkan kekayaan bersih perusahaan.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga sahamnya (price to earnings ratio/PER), karena INAF masih merugi, oleh karena itu metode valuasi tersebut tidak bisa diukur signifikan, karena hasilnya negative yakni di angka -769,42
Sementara, PER saham KAEF sudah terbilang mahal, yakni sudah di angka 722,29 kali, lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata saham keuangan yang memiliki PER sebesar 13,76 kali.
PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pegangan! Saham Farmasi Longsor, Duo KAEF-INAF Selamat
