
Saham BCA Ngamuk & Rekor Tertinggi, Bagaimana Valuasinya?

Dalam laporan keuangan BBCA per 30 September 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk turun menjadi Rp 20,04 triliun.
Walaupun laba bersih perseroan turun, tapi net interest income atau pendapatan bunga bersih perseroan naik 8% menjadi Rp 40,52 triliun per 30 September 2020.
Dari posisi neraca, total liabilitas perseroan per 30 September 2020 sebesar Rp 820 triliun, naik dari periode 31 Desember 2019 yang sebesar Rp 740 triliun.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 2,9% menjadi Rp 179 triliun. Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 naik 9,2% menjadi Rp 1.003 triliun dari periode 31 Desember 2019 sebesar Rp 919 triliun.
Secara fundamental, saham BBCA memang masih realtif mahal yang ditunjukkan oleh valuasi harga dibanding nilai bukunya (price to book value/PBV) di angka 4,85 kali, lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata saham keuangan lainnya di angka 1,13 kali dilansir dari Refinitiv.
PBV adalah rasio harga terhadap nilai buku, biasa digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Misalkan PBV sebesar 5x, artinya harga saham sudah tumbuh sebesar 5 kali lipat dibandingkan kekayaan bersih perusahaan.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga sahamnya (price to earnings ratio/PER) maka BBCA juga tergolong mahal dengan PER yang sudah di angka 34,79 kali, lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata saham keuangan yang memiliki PER sebesar 11,43 kali.
PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan. Untuk itu, keputusan investasi ada ditangan anda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]