Harga Bergerak Liar, Saham IRRA Masuk Radar BEI

Monica Wareza, CNBC Indonesia
11 January 2021 13:16
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) dalam kategori saham yang pergerakannya di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA). Hal ini lantaran terjadi peningkatan harga saham yang tidak biasa.

Namun demikian, BEI menekankan bahwa pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Namun bursa saat ini tengah mencermati perkembangan pergerakan saham ini.

Namun demikian, BEI tetap meminta investor untuk memperhatikan jawaban Perusahaan Tercatat atas permintaan konfirmasi bursa dan mencermati kinerja dan keterbukaan informasinya yang disampaikan perusahaan.

Bursa juga meminta investor untuk mengkaji kembali rencana aksi korporasi (corporate action) apabila belum mendapatkan dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.

Keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan terakhir adalah mengenai pelaksanaan paparan publik pada 16 Desember 2020 lalu.

Saham perusahaan ini memang meroket selama beberapa bulan terakhir. Kenaikan tertinggi tercatat selama enam bulan terakhir yang meningkat 578,50% dan mencapai harga tertingginya hari ini di Rp 3.630/saham.

Sepanjang hari ini, hingga penutupan perdagangan sesi I saham perusahaan ini telah melonjak 22,64% sekaligus mencapai harga tertingginya sepanjang sejarah (all time high).

Melesatnya harga sama perusahaan penyedia alat-alat medis ini lantaran produknya yang laris manis selama masa pandemi Covid-19. Bagaimana tidak, perusahaan mendistribusikan mulai dari alat pelindung diri (APD Hazmat), jarum suntik sekali pakai, hingga kit diagnostik.

Pada tanggal 27 November 2020 perseroan telah melakukan penandatanganan kontrak SPA (Sales and Purchase Agreement) sebanyak 111 juta pieces jarum suntik ADS. Ini merupakan kontrak kedua dari pemerintah.

Sebelumnya di kuartal III perseroan mendapatkan order dari pemerintah (Kementrian Kesehatan) sebanyak 35 juta pieces berupa Auto Disable Syringe (ADS) 0,5 ml dan 0,05 ml untuk program vaksin imunisasi.

Pada Oktober tahun lalu, PT Oneject Indonesia (Oneject) yang merupakan sister company perseroan, mulai membangun pabrik kedua untuk menambah kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru di Cikarang Bekasi dengan kapasitas 900 juta, sehingga total kapasitas menjadi 1,2 miliar jarum suntik sekali pakai (ADS) dan safety needle per tahun.

Pada semester I 2021 produksi Oneject dapat mencapai 600 juta piece jarum suntik/tahun dan pada akhir semester II produksi dapat mencapai 1,2 miliar/tahun. Target tersebut jauh lebih cepat dibandingkan rencana semula dimana kapasitas 1,2 miliar/tahun baru akan dicapai di tahun 2024.

Selain jarum suntik IRRA juga mendapatkan kontrak untuk pengadaan kit diagnostik berupa produk Covid-19 swab antigen dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Order tersebut terdiri dari dua tahap, di mana tahap I sebanyak 200.000 unitdan tahap II sebanyak 400.000 unit sehingga totalnya sebanyak 600.000 unit produk Covid Swab Antigen Test.

Penjualan alat swab Covid-19 antigen IRRA tahun 2020 mencapai 2,4 juta unit. Sebanyak 2,1 juta unit disumbang dari penjualan bulan Desember.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uji Kesiapan Pasok Kebutuhan Jarum Suntik Vaksin Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular