Gilak! Cuan GJTL Rp 29 M Sehari, Lo Kheng Hong Mau Lepas?

tahir saleh, CNBC Indonesia
11 January 2021 13:47
Dok.Lo Kheng Hong
Foto: Dok.Lo Kheng Hong

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor saham kawakan di Indonesia, Lo Kheng Hong, mengungkapkan tujuan investasinya di saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), perusahaan ban yang dikendalikan oleh keluarga pengusaha Sjamsul Nursalim, adalah jangka panjang.

Dengan demikian, dia belum berencana melepas saham GJTL tersebut meski ada tawaran jual dari investor dengan jumlah besar.

Investor yang juga memegang saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dari Grup Indika Energy ini bahkan membeberkan keuntungannya dalam sehari pada perdagangan Jumat pekan lalu (8/1/2020).

Ketika itu, pada perdagangan sesi I, saham GJTL melesat 7,58% atau naik 50 poin menjadi Rp 710. Saham ini diperdagangkan pada range Rp 655 sampai Rp 730 dengan nilai transaksi saat itu sebesar Rp 27,34 miliar.

Pada perdagangan Senin sesi I (11/1), saham meroket 18,79% di level Rp 980/saham dengan harga tertinggi hari ini mencapai Rp 1.020/saham, sempat mau menyentuh batas atas auto rejection (ARA). Nilai transaksi perdagangan saham GJTL pada sesi I mencapai Rp 239,p61 miliar dan volume perdagangan 245,75 juta saham.

Investor asing mencatatkan net sell Rp 3,26 miliar dan sepekan terakhir perdagangan akumulatif asing melepas Rp 7,64 miliar di pasar reguler. Dalam sebulan terakhir, saham GJTL melesat 68% dengan kapitalisasi pasar Rp 3,42 triliun.

"Jumat harga saham GJTL naik [sebesar] Rp 165, saya punya 176 juta lembar, 1 hari dikasih cuan Rp 29 miliar, saya tidak ambil, padahal ada yang pasang beli 1.274.226 lot," kata Lo Kheng Hong, kepada CNBC Indonesia, Senin (11/1).

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Lo Kheng Hong menggenggam 176,48 juta saham atau setara dengan 5,06% kepemilikan. Data ini muncul pada laporan KSEI pada Kamis (7/1/2020).

Sementara itu, pada hari sebelumnya, Rabu (6/1/2020) nama LKH belum muncul pada daftar kepemilikan GJTL di atas 5%. Hal ini mungkin terjadi, karena kepemilikan LKH sebelumnya masih di bawah 5% sehingga tak tercatat di laporan KSEI.

Sebelumnya, LKH memang berkali-kali menyebut harga GJTL salah harga, yang mencerminkan harganya yang cukup murah.

"Kalau tidak salah harga, saya tidak disini. Kalau Rp3000 saya tidak datang, tapi karena GJTL saat ini Rp600," kata LKH usai menghadiri paparan publik GJTL di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (12/12/2017), seperti dikutip dari lembaga riset reksa dana, Pasardana.

"Ketika pandemi harga sahamnya turun ke Rp 300-san, jadi saya membelinya," kata Lo, Jumat pekan lalu (8/1).

Lo Kheng Hong juga beberapa kali menyatakan investasi di perusahaan publik menjadi nilai tambah, karena menghasilkan produk maupun jasa yang hampir setiap kali dapat ditemui di kehidupan sehari-hari.

Contohnya, kata Kheng Hong, hampir semua orang tidak asing lagi dengan produk personal care PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Produk familiar mie instan seperti Indomie, juga mudah ditemui masyarakat yang diproduksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

"Berangkat naik Avanza mobil sejuta umat beli di ASII [Astra International], kacanya beli di Asahi, bannya di GJTL [Gajah Tunggal] atau Mulitistrada," paparnya pada pertengahan 2019.

Menurut Lo, Gajah Tunggal adalah pabrik ban terbesar di Asia Tenggara. Hingga 9 bulan pertama 2020, Gadjah Tunggal membukukan penjualan Rp 9,62 triliun.

Selain itu, nilai buku (book value) per saham sebesar Rp 1.782, sehingga Lo menilai saham ini murah. Sementara itu, Gadjah tunggal tercatat punya ekuitas Rp 6,21 triliun, laba operasi Rp 763,81 miliar. Tapi pada kuartal III-2020, Gajah tunggal masih merugi Rp 104,6 miliar.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditinggal Lo Kheng Hong, Begini Nasib Saham Gajah Tunggal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular