Masuk Pekan Kedua Januari 2021, Bursa Asia Dibuka Hijau

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 January 2021 09:01
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia mayoritas dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (11/1/2021), di tengah sikap investor yang masih menunggu rilis data inflasi di China.

Hanya indeks Straits Times Singapura yang dibuka di zona merah hari ini, yakni melemah 0,61%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona hijau, yakni indeks Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,45%, Shanghai Composite China naik tipis 0,03%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,31%.

Sementara itu, indeks Nikkei Jepang hari ini tidak dibuka karena libur nasional memperingati Hari Kedewasaan di Jepang.

Pelaku pasar Asia masih menunggu rilis data inflasi Tiongkok untuk Desember, yang diukur melalui indeks harga konsumen (IHK).

Data inflasi Tiongkok untuk Desember akan dirilis sekitar pukul 09:30 pagi waktu setempat atau pukul 08:30 WIB. Perkembangan virus corona (Covid-19) kemungkinan akan terus dipantau oleh investor dan dapat membebani sentimen.

Di Asia, lonjakan infeksi virus corona telah mendorong pemerintah Jepang untuk menempatkan banyak daerah di negara itu dalam keadaan darurat, seperti yang diterapkan di kota Tokyo.

Beralih ke bursa saham Negeri Paman Sam (Amerika Serikat/AS), Wall Street ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (8/1/2021) akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,18% ke level 31.097,97, S&P 500 tumbuh 0,55% ke 3.824,68, dan Nasdaq Composite melesat 1,03% ke 13.201,98.

Pelaku pasar AS maupun global optimis terhadap prospek stimulus ekonomi yang akan digelontorkan oleh Presiden AS terpilih Joe Biden seiring dengan semakin dekatnya hari pelantikan yang jatuh pada 20 Januari nanti.

Pada Jumat (8/1/2021) Biden bersama dengan anggota tim ekonominya mengatakan, AS kehilangan banyak pekerjaan di saat gelombang kedua wabah Covid-19 menerjang.

Mantan wakil presiden era Barrack Obama tersebut mengatakan bakal mengajukan anggaran stimulus yang lebih besar untuk mendongkrak perekonomian diantaranya dengan meningkatkan upah sebesar US$ 15 dan transfer bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 2.000.

"Kita membutuhkan lebih banyak bantuan langsung yang mengalir ke keluarga, usaha kecil, termasuk memberikan bantuan kepada orang-orang melalui bantuan langsung tunai senilai US$ 2.000. [Bantuan] US$ 600 tidaklah cukup," kata Biden sebagaimana diwartakan Reuters.

Kemenangan Partai Demokrat memungkinkan Biden untuk menggelontorkan stimulus fiskal yang lebih 'jor-joran' dibandingkan sebelumnya. Hal inilah yang diantisipasi oleh pelaku pasar.

Adanya kemungkinan banjir stimulus lanjutan membuat investor melihat adanya inflasi yang lebih tinggi. Mereka pun memburu aset-aset yang bisa memberikan cuan tebal dan mampu memberikan perlindungan, seperti bitcoin dan saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular