Analisis

'Berkah' Pandemi, Saham IRRA Meroket Sepanjang Sejarah!

Tri Putra, CNBC Indonesia
11 January 2021 08:37
Dok. Onejeck
Foto: Dok. Onejeck

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) kembali melesat pada perdagangan Jumat pekan lalu (8/1/2021. Terpantau emiten berkode IRRA tersebut melesat ke level tertingginya 24,89% di level Rp 2.960/unit dan menembus level tertinggi sepanjang masanya.

Melesatnya harga saham IRRA pada perdagangan Jumat yang menembus rekor sejak tahun 2020 tentunya tidak terlepas dari kemunculan pandemi Covid-19 yang menyebabkanperusahaan yang bergerak di sektor kesehatan justru mendapatkan berkah, salah satunya adalah IRRA.

IRRA nerupakan salah satu perusahaan penyedia alat-alat medis yang terdepan di Tanah Air. Produk medis yang didistribusikan oleh IRRA beragam mulai dari alat pelindung diri (APD Hazmat), jarum suntik sekali pakai, hingga kit diagnostik.

Di tengah merebaknya pandemi Covid-19 kebutuhan akan alat-alat medis tersebut melonjak signifikan. Inilah yang menjadi momentum pertumbuhan bagi IRRA. Saham IRRA pun melesat signifikan karena menjadi buruan para investor.

Nilai kapitalisasi pasar IRRA melesat 146,15% sepanjang 2020 karena harga sahamnya meroket dari Rp 650/unit menjadi Rp 1.600/unit di penghujung tahun. Memasuki tahun 2021, tren kenaikan harga saham IRRA masih berlanjut.

Di sepanjang bulan Januari sampai penutupan perdagangan Jumat (8/1/2021) harga saham IRRA kembali melesat dan ditutup di Rp 2.960/unit. Sejak awal tahun, capital gain yang diperoleh dari berinvestasi di saham IRRA mencapai 85%. Itu berarti dalam satu tahun terakhir nilai pasar IRRA telah melonjak 345,11%.

NEXT: Analisis fundamental

Peningkatan penjualan yang fantastis dan berbagai proyek pengadaan yang diperoleh dari pemerintah menjadi salah satu alasan pertumbuhan penjualan sekaligus harga sahamnya.

Tercatat pada tanggal 27 November 2020 perseroan telah melakukan penandatanganan kontrak SPA (Sales and Purchase Agreement) sebanyak 111 juta pieces jarum suntik ADS. Ini merupakan kontrak kedua dari pemerintah.

Sebelumnya di kuartal III perseroan mendapatkan order dari pemerintah (Kementrian Kesehatan) sebanyak 35 juta pieces berupa Auto Disable Syringe (ADS) 0,5 ml dan 0,05 ml untuk program vaksin imunisasi.

Pada Oktober tahun lalu, PT Oneject Indonesia (Oneject) yang merupakan sister company perseroan, mulai membangun pabrik kedua untuk menambah kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru di Cikarang Bekasi dengan kapasitas 900 juta, sehingga total kapasitas menjadi 1,2 miliar jarum suntik sekali pakai (ADS) dan safety needle per tahun.

Pada semester I 2021 produksi Oneject dapat mencapai 600 juta piece jarum suntik/tahun dan pada akhir semester II produksi dapat mencapai 1,2 miliar/tahun. Target tersebut jauh lebih cepat dibandingkan rencana semula dimana kapasitas 1,2 miliar/tahun baru akan di capai di tahun 2024.

Produk alat suntik ADS perseroan merupakan produk alat suntik yang sudah berstandar WHO dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) diatas 60%. Produksinya sendiri dilakukan oleh PT Oneject Indonesia (Oneject) yang merupakan sister company perseroan.

Selain jarum suntik IRRA juga mendapatkan kontrak untuk pengadaan kit diagnostik berupa produk Covid-19 swab antigen dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Order tersebut terdiri dari dua tahap, di mana tahap I sebanyak 200.000 unitdan tahap II sebanyak 400.000 unit sehingga totalnya sebanyak 600.000 unit produk Covid Swab Antigen Test.

Penjualan alat swab Covid-19 antigen IRRA tahun 2020 mencapai 2,4 juta unit. Sebanyak 2,1 juta unit disumbang dari penjualan bulan Desember.

Tingginya permintaan terhadap Swab Antigen Test di bulan Desember dipicu oleh aturan pr otokol kesehatan yang dikeluarkan oleh Satgas Penanganan Covid - 19 untuk warga Negara yang melakukan perjalanan selama liburan hari raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) wajib melakukan rapid test antigen.

Dengan pertumbuhan yang sangat pesat tersebut, IRRA memproyeksikan baik pendapatan maupun labanya dapat tumbuh 20%. Namun setelah dikalkulasi lebih lanjut laba bersih bisa tumbuh sampai 30%.

"Kami optimis laba bersih IRRA bisa tumbuh diatas 30%, jauh diatas besaran target yangditetapkan yaitu 20%. Selain dari kontribusi peningkatan pendapatan bisnis utama, kita mendapatkan tambahan margin laba bersih dari insentif pajak berupa penurunan tarif pajak dari 25% menjadi 22%, insentif untuk perusahaan alat kesehatan," ungkap Direktur IRRA Pratoto Raharjo, dilansir rilis resmi perusahaan.

Melantai sejak 30 September 2019 di harga hanya Rp 374/unit dan mengumpulkan dana sebanyak Rp 149,6 miliar, emiten jarum suntik ini dikendalikan oleh PT Global Dinamika Kencana yang merangkul 69,75% saham IRRA per November 2020.

Selanjutnya tercatat PT Neumedik Jaya juga memegang saham sebanyak 5,25%, investor publik memegang sebanyak 17,90%, sisanya 7,10% masuk kategori saham treasury karena dibeli kembali oleh perseroan (buyback).

Investor ritel tercatat semakin tertarik berinvestasi di saham IRRA. Hal ini ditunjukkan dari jumlah pemegang saham IRRA yang terus melesat dari posisi 31 Agustus 2020 lalu di angka 999 investor hingga posisi 30 November 2020 di angka 4.485 investor.

Meskipun sentimen positif berdatangan ke untuk emiten ini, bukan berarti emiten ini tanpa 'onak duri'.

Sebelumnya IRRA sempat melaporkan laba bersih sebesar Rp 35,47 miliar di September 2020, melesat 475% dari periode September 2019 sebesar Rp 6,17 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, perolehan laba seiring dengan kinerja pos pendapatan yang naik 9,39% menjadi Rp 141,06 miliar dari sebelumnya Rp 128,95 miliar.

Meski demikian, kalangan pelaku pasar justru sempat meragukannya. Bahkan di beberapa grup analis, beredar analisis yang meragukan kenaikan laba fantastis ini.

Hal ini karena IRRA melaporkan keuntungan karena kenaikan nilai saham treasuri (hasil buyback) dengan modal beli Rp 59,9 miliar tanggal 30 September 2020 yang nilainya naik menjadi Rp 86,4 miliar, kemudian diakui sebagai untung dan dicatat pada laporan laba rugi sebesar Rp 26,4 miliar.

Padahal menurut PSAK 50, hal tersebut bertentangan dan tak boleh dicatatkan sebagai laba sebagaimana aturan di paragraf 33 PSAK 50.

"Jika entitas memperoleh Kembali instrument ekuitasnya, maka instrument tersebut (saham treasuri) dikurangkan dari ekuitas. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari pembelian, penjualan, penerbitan, atau pembatalan instrument ekuitas tersebut tidak diakui dalam rugi," bunyi PSAK tersebut.

Setelah merebaknya kabar tersebut, IRRA melakukan koreksi terhadap laporan keuanganya. Tercatat melalui laporan keuangan setelah koreksi laba bersih IRRA hanya berada di kisaran Rp 9,03 miliar dengan total penjualan tetap di angka Rp 141 miliar.

Di angka ini margin keuntungan bersih perusahaan hanya berada di kisaran pertumbuhan 8%.

Aset IRRA Rp 245,59 miliar di mana sebagian besar diantaranya yakni Rp 174,60 merupakan ekuitas dan hanya Rp 69,70 miliar merupakan liabilitas yang mencerminkan rasio ekuitas dibandingkan dengan hutang (DER, debt to equity ratio) yang cukup sehat di angka 39,92%.

Meskipun demikian di harga saat ini yakni Rp 2.960/unit saham IRRA tergolong premium alias mahal secara valuasi. Apabila menggunakan valuasi harga saham dibandingkan dengan nilai bukunya (PBV, price to book value) maka IRRA tergolong sangat mahal dengan PBV berada di kisaran 27,13 kali.

Sedangkan apabila menggunakan valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga sahamnya (PER, price to earnings ratio), saham IRRA juga tergolong sangat tidak menarik secara valuasi karena memiliki PER di angka 393,41 kali.

Meskipun demikian angka PER bisa sedikit membaik ketika perseroan melaporkan laporan keuangan tahunanya karena kontrak yang didapatkan IRRA umumnya muncul pada kuartal ketiga dan kuartal keempat setiap tahunya dan meskipun nantinya angka PER akan membaik meskipun nantinya valuasi IRRA masih akan tergolong premium.

NEXT: Analisis Teknikal

Pergerakan saham IRRA dengan menggunakan periode perharian(daily) dari indikatorBoillingerBand (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batasbawah (support).

Saat ini, IRRA berada di area batas atas dengan BB yang kembali melebar, maka pergerakan IRRA selanjutnya berpotensi terapresiasi.

Analisis Teknikal Saham IRRA/8 Januari 2021/Tri PutraFoto: Analisis Teknikal Saham IRRA/8 Januari 2021/Tri Putra
Analisis Teknikal Saham IRRA/8 Januari 2021/Tri Putra

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, IRRA perlu melewati level resistance yang berada di area3.100. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area2.500.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat iniRSIberada di area92 yangmenunjukkanadanyaindikator jenuh belinamun apabila momentum sedang kuat maka RSI bisa bertahan di zona jenuh beli di waktu yang panjang.

Sementara itu, indikator Moving Average ConvergenDivergen(MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, denganindikator MACD di wilayahpositif, yang menunjukkan momentum IRRA sedang kuat dan berpotensi melanjutkan apresiasi.

Selanjutnyamuncul pola candlestick white marubozu disaham IRRA yang ditunjukkan oleh garis candlestickfull body yang menunjukkan daya beli di saham IRRAsangatlah kuat dan berpotensimelanjutkan apresiasi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan IRRA selanjutnya cenderung bullish atau terapresiasi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator MACD yang menunjukkan momentum yang kuat dan munculnya pola candlestick white marubozu.

IRRAperlu melewati (break) salah satu levelresistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uji Kesiapan Pasok Kebutuhan Jarum Suntik Vaksin Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular