Awali 2021, Harga Minyak Meroket! Tapi Awas Kepleset...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2021 06:35
Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Ilustrasi Minyak Mentah (REUTERS/Brendan McDermid)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melonjak tajam pada perdagangan pekan pertama 2021. Namun ke depan bukan tidak mungkin harga si emas hitam mengalami koreksi.

Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent naik 8,1% secara point-to-point. Sedangkan yang jenis light sweet melejit 7,7%. Harga minyak menyentuh titik tertinggi dalam hampir setahun terakhir.

Kenaikan harga minyak pekan ini dipicu oleh kabar dari Arab Saudi. Negeri Padang Pasir dikabarkan bersedia memangkas produksi 1 juta barel/hari di luar komitmen OPEC+. Sejak pertengahan tahun lalu, OPEC+ sepakat mengurangi produksi sebanyak 9,7 juta barel/hari.

"Pekan ini, Arab Saudi maju dan mengambil alih pasar. Sepertinya mereka punya misi untuk membuat harga lebih tinggi lagi," ujar John Kilduff, Partner di Again Capital LLC yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Akan tetapi, ke depan sepertinya ada risiko yang membuat laju kenaikan harga minyak tersendat (atau malah bisa berbalik turun). Pasalnya, serangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) semakin ganas sehingga memaksa berbagai negara untuk memperketat pembatasan sosial alias social distancing.

Di Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johson telah membelakukan karantina wilayah (lockdown) berkala nasional. Maklum, Negeri Big Ben tengah didera penyebaran virus corona varian baru yang 70% lebih menular dibandingkan sebelumnya.

Masih di Eropa, Jerman memperpanjang pemberlakuan social distancing ketat hingga akhir bulan ini. Sementara Italia membatasi mobilitas penduduk di 20 wilayah dengan tingkat penyebaran virus yang tinggi.

Negara-negara Asia pun menerapkan hal serupa. Jepang kembali memberlakukan kondisi darurat di wilayah Tokyo dan sekitarnya. China juga memperketat pembatasan di daerah Beijing, Shijazhuang, dan Hebei. Sedangkan Indonesia memperketat pergerakan warga di sejumlah daerah Jawa-Bali.

Pengetatan social distancing ini akan membuat mobilitas masyarakat menjadi terbatas. Mengutip data Covid-19 Community Mobility Trends keluaran Apple, pergerakan masyarakat dengan mengemudi di sejumlah negara mulai melambat akibat pengetatan social distancing.

Mobilitas masyarakat yang terbatas membuat permintaan energi akan turun sehingga membuat prospek kenaikan harga minyak menjadi samar-samar. Apalagi harga sudah naik tinggi, yang membuat investor tergoda untuk melakukan ambil untung (profit taking).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular