Dolar AS "Ngamuk"! Rupiah & Mata Uang Asia Berguguran

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 January 2021 16:20
FILE PHOTO: Painted monetary symbols are seen on a wall in Dublin city centre October 22, 2014.  A year-long investigation into allegations of collusion and manipulation by global currency traders is set to come to a head on Wednesday, with Britain's financial regulator and six big banks expected to agree a settlement involving around ?1.5 billion ($2.38 billion) in fines. The settlement comes amid a revival of long-dormant volatility on foreign exchanges, where a steady rise in the U.S. dollar this year has depressed oil prices and the currencies of many commodity exporters such as Russia's rouble, Brazil's real and Nigeria's naira - setting the scene for more turbulence on world financial markets in 2015.  REUTERS/Cathal McNaughton/File Photo
Foto: Mata uang (REUTERS/Cathal McNaughton)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (7/1/2020). Mata Uang Garuda mendapat pukulan dari dalam dan luar negeri pada perdagangan hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 13.880/US$. Tetapi tidak lama langsung melemah hingga 0,36% ke Rp 13.930/US$. Rupiah mampu memangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di level Rp 13.890/US$.

Mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini, Hingga pukul 15.13 WIB, hanya yuan China yang mampu menguat, itu pun tipis 0,02% saja. Sementara yen Jepang menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,31%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Fakta mayoritas mata uang utama Asia yang melemah menunjukkan dolar AS sedang bangkit pada hari ini, khususnya melawan mata uang Asia.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam, rebound kemarin. Setelah menyentuh level terendah sejak Maret 2018, indeks dolar AS kemarin berbalik menguat 0,11%.

Rebound dolar AS tersebut terjadi setelah yield obligasi (Treasury) AS naik kemarin. Selain membuat rebound dolar AS, kenaikan yield Treasury juga berisiko memicu capital outflow di negara emerging market termasuk Indonesia. Sebab, selisih yield menjadi lebih kecil.

Hal tersebut membuat mayoritas mata uang utama Asia melemah hari ini.

Saat ini, selisih yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun dengan Treasury AS tenor yang sama berada di kisaran 479 basis poin, jauh menurun dari tahun lalu.

Selain itu, rupiah juga mendapat tekanan dari dalam negeri setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa dan Bali kembali diketatkan mulai 11 Januari mendatang hingga 25 Januari.

"Mendagri akan buat edaran ke Pimpinan Daerah. Tadi sudah disampaikan oleh Presiden ke Gubernur seluruh Indonesia," kata Menko Perekonomian yang juga Ketua KPC-PEN Airlangga Hartarto, Rabu (6/1/2021).

Seperti sebelum-sebelumnya, PSBB yang lebih ketat akan berdampak pada terhambatnya laju pemulihan ekonomi Indonesia, yang tertunya berdampak negatif bagi rupiah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular