Dibuka Hijau, Rupiah Langsung Masuk Jalur Merah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 January 2021 09:11
Penukaran Uang Kusam
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Namun tidak perlu khawatir karena sepertinya pelemahan ini hanya sementara, investor cuma ingin mencairkan cuan yang sudah dikeruk dari pasar keuangan Indonesia.

Pada Selasa (5/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 13.880 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun tidak lama kemudian rupiah masuk jalur merah. Pada pukul 09:10 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.900 di mana rupiah melemah 0,11%.

Depresiasi rupiah tidak lepas dari aksi ambil untung (profit taking) yang terjadi di pasar keuangan Tanah Air. Di pasar saham, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berdasarkan Price to Earnings Ratio (P/E) saat ini ada di 18,89 kali. Lebih tinggi ketimbang Straits Times (11,83 kali), Hang Seng (15,01 kali), sampai Shanghai Composite 14,6 kali).

Oleh karena itu, valuasi IHSG sudah agak terlalu mahal. Ini membuat pasar saham Ibu Pertiwi rentan mengalami koreksi untuk menyeimbangkan diri.

"Investor ingin mengambil nafas selagi mencermati apa yang kira-kira bakal terjadi di tahun yang baru ni," ujar Lindsay Ball, Chief Investment Strategist di Ally Invest, seperti dikutip dari Reuters.

Namun, ke depan peluang rupiah untuk kembali ke jalur hijau masih cukup tinggi. Dari dalam negeri, investor masih bernafsu memburu obligasi pemerintah Indonesia.

Tingginya minat pelaku pasar terhadap Surat Berharga Negara (SBN) ditunjukkan oleh premi risiko yang terus menurun. Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor lima tahun berada di 67,49 basis poin (bps), terendah sejak Februari 2020. Artinya premi surat utang pemerintah Indonesia sudah mengarah ke level sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Kehadiran vaksin anti-virus corona akan membuat investor (dan seluruh dunia) lebih percaya diri menghadapi 2021. Jika vaksinasi lancar dan efektif dalam melawan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu, maka tidak perlu lagi ada kekhawatiran akan pengetatan pembatasan sosial (social distancing) atau bahkan karantina wilayah (lockdown). Masyarakan bakal lebih tenang dalam beraktivitas sehingga roda ekonomi berputar kencang.

Ini akan membuat investor berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, salah satunya SBN. Minat terhadap SBN yang tetap tinggi menjadi pendorong apresiasi rupiah.

Selain itu, kemungkinan dolar AS masih menjalani tren depresiasi pada tahun ini. Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, pelaku pasar memperkirakan tren pelemahan dolar AS asih akan terjadi pada 2021.

Sebanyak 51 dari 72 ekonom/analis (70,83%) memperkirakan tren depresiasi mata uang Negeri Adidaya masih bertahan hingga setidaknya pertengahan tahun depan. Sementara 21 orang respoden (29,17) memperkirakan tren pelemahan akan berbalik sebelum tengah tahun.

kursSumber: Reuters

"Dolar AS masih terlalu mahal (overvalued) karena sudah menguat selama kurang lebih dua tahun terakhir. Dengan perbedaan kebijakan moneter antara AS dengan negara-negara maju lainnya, keuntungan investasi jadi lebih menarik di negara-negara lain," kata Kit Juckes, Head of FX Strategy di Societe Generale, seperti dikutip dari Reuters.

"Kita semua tahu bahwa dolar melemah, tetapi tidak ada mata uang lain yang cukup atraktif sebagai sarana berinvestasi. Namun kini dengan kenakan harga komoditas, ada tempat untuk menaruh uang," ujar Steve Englander, Head of Global G10 FX Research di Standard Chartered, seperti diberitakan Reuters.

Jadi jangan khawatir. Rupiah boleh melemah hari ini, tetapi ke depan potensi untuk berbalik menguat masih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular