Kewajiban Capai Rp 8 T, Grup Bakrie Siap Restrukturisasi VIVA

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
04 January 2021 15:42
Ardi Bakrie/Instagram
Foto: Ardi Bakrie/Instagram

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan induk emiten media Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), telah menyiapkan sejumlah rencana terkait dengan restrukturisasi utang perseroan.

Sampai dengan September 2020, perseroan tercatat memiliki kewajiban (liabilitas) jangka pendek sebesar Rp 8,03 triliun, naik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 7,11 triliun.

Dari sisi debt to equity ratio (DER), pada September 2020, meningkat cukup signifikan menjadi 79,45 kali.

Adapun kewajiban jangka pendek termasuk di dalamnya utang pihak ketiga Rp 2,31 triliun, lalu utang pajak Rp 500 miliar, dan utang pinjaman bank jangka panjang Rp 3,58 triliun.

Sementara itu, kewajiban jangka panjang perusahaan yang dipimpin oleh Anindya Novyan Bakrie (Dirut) dan Anindra Ardiansyah Bakrie (wadirut) ini mencapai Rp 415,21 miliar, naik dari periode Desember 2019 yakni Rp 305,87 miliar.

Dalam materi paparan publik yang disampaikan, perseroan bersama entitas anak dan kreditur dalam proses menyepakati mekanisme penyelesaian utang existing melalui pembiayaan kembali dan metode lain yang dapat memperbaiki fundamental perseroan dan entitas anak.

"CATV [PT Cakrawala Andalas Televisi], dalam hal ini entitas anak perseroan, juga dalam proses untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan kembali (refinancing) dan kredit modal kerja dengan tenor yang lebih panjang serta bunga pinjaman yang lebih kompetitif," tulis manajemen VIVA, dalam materi paparan publik perseroan, dikutip Senin (4/1/2021).

Dari sisi pendapatan, pada 9 bulan pertama 2020, emiten yang komisaris utamanya Rosan P Roeslani ini juga tergerus 22,2% menjadi Rp 1,29 triliun dari sebelumnya Rp 1,65 triliun. Hal ini menyebabkan rugi bersih perseroan kian dalam menjadi Rp 994,6 miliar dari sebelumnya Rp 360,4 miliar.

Direktur VIVA, Sahid Mahudie mengatakan, baik TvOne maupun ANTV mengalami penurunan pendapatan yang merupakan dampak dari pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir setahun penuh selama tahun 2020.

"TvOne maupun ANTV melakukan efisiensi dalam beberapa aspek sebagai bentuk penyesuaian perusahaan terhadap kondisi yang dihadapi selama tahun 2020," katanya.

Media Partners Asia (MPA) memperkirakan bahwa industri TV FTA (free to air) akan mengalami pertumbuhan lebih dari 7,5% di tahun 2021 dengan didasari oleh pemulihan ekonomi.

Oleh sebab itu, kata Sahid, 2021 diperkirakan menjadi tahun pemulihan untuk industri media sehingga VIVA akan terus fokus mengambil langkah strategis agar kondisi perusahaan dapat membaik.

Capex

"Untuk tahun buku 2021 VIVA menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 100 miliar," katanya.

Dana belanja modal tersebut akan dipakai untuk membangun infrastruktur seiring dengan persiapan perusahaan melakukan sistem DTT (Televisi Terrestrial Digital).

VIVA Group akan berfokus kepada pembangunan infrastruktur MUX (single multiplexer} baik untuk 11 provinsi yang tender atas izin penyelenggaraan MUX-nya telah dimenangkan oleh tvOne dan ANTV.

Selain itu, juga persiapan untuk kembali mengikuti tender atas izin penyelenggaraan MUX di 22 provinsi yang akan diselenggarakan pada tahun ini.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6 Bulan Tak Digaji, Staf Jungle Land Teriak di IG Nia Bakrie

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular