Emas Boleh Cuan 25%, Tapi Cuan Bitcoin Lebih 'Gila' Lagi!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
02 January 2021 11:14
bitcoin
Foto: Bitcoin (REUTERS/Benoit Tessier)

Seperti disebutkan sebelumnnya, The Fed menjadi pemicu kenaikan bitcoin. Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (14/12/20) lalu, bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.

Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama.

The Fed memberikan proyeksi inflasi yang dilihat dari belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure/PCE) di tahun ini sebesar 1,2%, kemudian di tahun depan 1,8%.

Artinya masih belum mencapai target di atas 2%, sehingga pada tahun depan kebijakan moneter yang diterapkan masih ultra longgar.

Alhasil, dolar AS masih akan tertekan setidaknya 2 tahun ke depan dan harga bitcoin akan semakin tinggi.

Belum lagi stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah AS. Di awal pekan ini, Presiden AS, Donald Trump, sudah menandatangani rancangan undang-udang (RUU) stimulus fiskal senilai US$ 900 miliar.

Presiden Trump sebentar lagi akan lengser dari jabatannya, dan digantikan oleh Joseph 'Joe' Biden, pada 20 Januari mendatang.

Biden sebelumnya sudah mengatakan akan menggelontorkan stimulus tambahan guna membantu perekonomian AS. Sehingga ke depannya, tekanan bagi dolar AS akan semakin bertambah.

Ketika nilai tukar dolar AS terus tertekan, popularitas bitcoin sebagai mata uang alternatif menjadi semakin menanjak. Paul Tudor Jones, salah satu investor papan atas melihat perbandingan tersebut menjadi salah satu alasan ia mulai "bermain" di bitcoin.

"Jika anda memegang uang tunai, ada tahu bank sentral memiliki tujuan mendepresiasi nilai tukar sebesar 2% per tahun. Jadi pada dasarnya memegang uang tunai sama dengan membuat aset anda dengan percuma," kata Jones pada bulan Mei lalu dalam acara "Squak Box" CNBC International.

Investor sekelas Jones yang mulai memasukkan bitcoin ke dalam portofolionya menjadi salah satu euforia yang membawa harganya terus melesat. Sebabnya, dulu bitcoin dipandang sebagai aset spekulasi semata bahkan penipuan, kini sudah mulai diterima sebagai aset investasi.

Jones sendiri mengatakan memiliki 2% bitcoin dari total portofolio investasinya. Tidak hanya Jones, banyak investor institusional kini sudah masuk ke bitcoin.

Bitcoin seperti menemukan "arah angin" di tahun ini. Larry Fink, CEO BlakRock, perusahaan asset management terbesar di dunia, pada Oktober 2017 lalu mengatakan bitcoin adalah "indeks pencucian uang", tetapi kini pandangannya berubah.

Fink kini mengatakan bitcoin bisa berevolusi menjadi "pasar global" karena berhasil menarik "perhatian dan imajenasi" pada millennial.

Sementara itu, analis Bloomberg Intelligence, Mike McGlone memprediksi harga bitcoin akan mencapai US$ 50.000/BTC paada tahun depan, dan kemungkinan sangat kecil kembali ke bawah US$ 10.000/BTC.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular