
Ramai-ramai Lepas Dolar, Rupiah Dekati Rp 14.000/US$!

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (30/12/2020). Dolar AS yang sedang tertekan akibat aksi jual yang makin marak membuat rupiah mampu menguat di perdagangan terakhir tahun ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah hari ini membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.110/US$. Tidak lama, Mata Uang Garuda langsung masuk ke zona hijau. Apresiasi terus berlanjut hingga 0,32% di Rp 14.065/US$, dan bertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.
Maraknya aksi jual the greenback terlihat dari data US Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang menunjukkan nilai posisi jual (short) terhadap dolar AS pada pekan yang berakhir 21 Desember 2020 sebesar US$ 30,15 miliar. Nilai tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Alhasil, indeks dolar AS kembali merosot, hingga siang ini berada di 89,716, merosot 0,31%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 19 April 2018.
Selain maraknya aksi jual, dolar AS juga sedang mendapat tekanan setelah Presiden AS, Donald Trump, di awal pekan menandatangani rancangan undang-undang (RUU) stimulus fiskal senilai US$ 900 miliar yang di-bundle dengan anggaran belanja pemerintah senilai US$ 1,4 triliun.
Dengan ditekennnya RUU tersebut menjadi undang-undang, artinya pemerintahan AS terhindar dari shutdown, yang membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik.
Selain itu, dengan cairnya stimulus fiskal, jumlah uang beredar di perekonomian AS akan bertambah, secara teori nilai tukar dolar AS akan melemah. Indeks dolar AS, yang menjadi tolak ukur kekuatan the greenback kemarin sempat merosot 0,4% ke bawah level 90.
Kabar bagus kembali datang dari AS yang bisa membawa rupiah kembali ke zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa (29/12/2020).
House of Representative (DPR) AS sudah meloloskan RUU bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 2.000 per orang yang sebelumnya diminta oleh Trump. RUU tersebut kini diserahkan ke Senat untuk di-voting, sebelum ke meja Presiden Trump untuk diteken.
Sayangnya, Senat menolak RUU tersebut sehingga tidak ada tambahan stimulus dalam waktu dekat. Meski demikian, Presiden Trump akan lengser dari jabatannya, dan digantikan oleh Joseph 'Joe' Biden, pada 20 Januari mendatang.
Biden sebelumnya sudah mengatakan akan menggelontorkan stimulus tambahan guna membantu perekonomian AS. Sehingga ke depannya, dolar AS masih akan tertekan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
