Analisis Teknikal

Lupakan Rp 14.000/US$, Rupiah Bisa Menguat Saja Bersyukur

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2020 08:35
Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changers in Jakarta, Indonesia April 25, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.110/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Dolar AS sedang mendapat tekanan setelah Presiden AS, Donald Trump, di awal pekan menandatangani rancangan undang-undang (RUU) stimulus fiskal senilai US$ 900 miliar yang di-bundle dengan anggaran belanja pemerintah senilai US$ 1,4 triliun.

Dengan ditekennya RUU tersebut menjadi undang-undang, artinya pemerintahan AS terhindar dari shutdown, yang membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik.

Selain itu, dengan cairnya stimulus fiskal, jumlah uang beredar di perekonomian AS akan bertambah, secara teori nilai tukar dolar AS akan melemah. Indeks dolar AS, yang menjadi tolak ukur kekuatan the greenback kemarin sempat merosot 0,4% ke bawah level 90.

Kabar bagus kembali datang dari AS yang bisa membawa rupiah kembali ke zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa (29/12/2020).

House of Representative (DPR) AS sudah meloloskan RUU bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 2.000 per orang yang sebelumnya diminta oleh Trump. RUU tersebut kini diserahkan ke Senat untuk di-voting, sebelum ke meja Presiden Trump untuk diteken.

Sayangnya, Senat menolak RUU tersebut sehingga tidak ada tambahan stimulus dalam waktu dekat. Hal tersebut tentunya membuat dolar AS bangkit, dan berisiko menekan rupiah pada hari ini, Rabu (30/12/2020), di perdagangan terakhir 2020.

Selain itu, perkembangan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19), cukup membebani sentimen pelaku pasar. Di dalam negeri, kasus baru per harinya yang masih tinggi membuat pelaku pasar khawatir DKI Jakarta akan kembali mengetatkan pembatasan sosial.

Kemudian, "mutan" corona yang berasal dari Inggris sudah sampai di AS. Kasus pertama strain baru virus corona yang dikatakan bisa menyebar lebih cepat 70% sudah dilaporkan di AS kemarin.

Dari China, 10 distrik di Beijing akan dikarantina (lockdown) akibat terjadi lonjakan kasus baru. Untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan lamanya China kembali melaporkan penambahan kasus Covid-19.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih jauh dari level psikologis Rp 14.000/US$. Peluang mencapai level tersebut sebelum berganti tahun juga sangat tipis.

Rupiah masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga momentum penguatan masih ada.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian bergerak turun tetapi belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang belum mencapai wilayah oversold memberikan peluang penguatan rupiah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Rupiah kini berada di bawah resisten Rp 14.115/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.

Sementara itu selama tertahan di bawah resisten, Mata Uang Garuda berpotensi menguat ke support terdekat di kisaran Rp 14.090/US$.

Penembusan konsisten bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp 14.070/US$ hingga 14.050/US$. Level tersebut kemungkinan yang maksimal bisa dicapai rupiah hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular