
Bukan Dolar AS, Apalagi Rupiah! Ini Dia Mata Uang Juara 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua hari ke depan, tahun 2020 akan berakhir. Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membuat tahun ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dari segala aspek kehidupan. Pandemi yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah modern membuat perekonomian global nyungsep ke jurang resesi.
Dampaknya, pasar finansial jadi jungkir balik. Di pasar valuta asing (valas), mata uang yang sebelumnya perkasa berbalik merosot, posisi mata uang terbaik juga sering berubah.
Di awal tahun, mata uang emerging market (negara berkembang) yang mendominasi, rupiah menjadi yang terbaik dengan penguatan lebih dari 2% melawan dolar AS di bulan Januari lalu.
Rupiah saat itu digadang-gadang bakal bersinar di tahun ini. Tetapi semua berubah setelah virus corona dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) di bulan Maret lalu, yang memicu aksi jual besar-besaran terjadi di semua aset, mulai dari saham hingga emas, hingga muncul istilah "cash is the king". Tetapi bukan sembarang uang tunai atau cash, hanya dolar AS dan mata uang yang menyandang status aset aman (safe haven).
Rupiah yang sebelumnya menjadi mata uang dengan kinerja terbaik ambrol hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ pada 24 Maret lalu. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak krisis moneter 1998. Dibandingkan posisi akhir 2019 hingga ke level tersebut atau secara year-to-date (YtD), rupiah ambrol nyaris 20%.
Beruntung setelahnya rupiah perlahan pulih, Selasa (29/12/2020) kemarin, berada di level Rp 14.110/US$, melemah 1,66% Ytd.
Di bulan Maret tersebut, itu dolar AS tentunya yang paling berjaya, berserta yen Jepang. Nyaris semua mata uang dibuat jeblok oleh keduanya.
Setelah aksi jual mereda, posisi kembali bergeser, euro melesat ke puncak "klasemen" mata uang. Sebabnya negara-negara di kawasan zona euro sukses meredam penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19), dan akan memimpin pemulihan ekonomi.
Namun, euro juga akhirnya lengser dari tahta mata uang terbaik meski masih mampu berada di 3 besar.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Krona Swedia Mata Uang Terbaik Saat Pandemi 2020
Melansir data Refinitiv, krona Swedia menjadi yang terbaik di tahun ini, jauh meninggalkan mata uang lainnya. Sepanjang tahun ini krona sudah menguat 13,1% melawan dolar AS, dan berada di level terkuat sejak Maret 2018.
Sementara itu melawan rupiah, krona Swedia melesat lebih dari 15%, terbesar diantara mata uang lainnya. Kemarin krona berada di kisaran Rp 1.709,64/SEK.
Sebelum mengalami lonjakan kasus Covid-19 sejak bulan Oktober lalu, Swedia menjadi salah satu negara yang sukses meredam penyebaran virus yang berasal dari kota Wuhan, China tersebut.
Kesuksesan meredam Covid-19 tersebut menjadi salah satu penopang penguatan krona. Tetapi, faktor utama penguatan krona di tahun ini adalah statusnya sebagai mata uang "risk-on", alias mata uang yang diburu saat sentimen pelaku pasar membaik.
Perekonomian global yang mulai pulih di kuartal III-2020 dari kemerosotan tiga bulan sebelumnya membuat sentimen pelaku pasar membaik, krona pun perlahan terus menguat.
Krona terus melesat menguat setelah Joseph 'Joe' Biden memenangi pemilihan presiden di AS. Kemenangan Biden dianggap dapat memberikan stabilitas di pasar, kemudian perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk.
Sentimen pelaku pasar semakin membaik setelah vaksinasi di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat sudah dimulai.
"Krona Swedia dilabeli sebagai mata uang yang tergantung dari sentimen terhadap risiko, dan kita pasti akan melihat apresiasi saat sentimen terhadap risiko pulih," kata Richard Falkenhall, ahli strategi valuta asing senior di Skandinaviska Enskilda Banken (SEB) Group, sebagaimana dilansir poundsterlinglive.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rasio Kematian Covid-19 Rendah, Krona Denmark Runner Up
Krona Swedia berada di urutan keuda mata uang dengan kinerja terbaik di saat pandemi Covid-19 2020. Krona Denmark yang mencatat penguatan 9,4% YtD, dan berada di level terkuat sejak April 2018.
Sementara itu melawan rupiah, krona Denmark kemarin berada di level Rp 2.324,09/NOK, melesat 11,57% YtD.
Sama dengan Swedia, Denmark menjadi salah satu negara yang sukses meredam penyebaran Covid-19. Tetapi sayangnya sejak bulan September kembali mengalami lonjakan kasus yang signifikan. Bahkan terus mencetak rekor penambahan kasus terbanyak.
Melansir data dari Worldometer, hingga saat ini jumlah kasus Covid-19 di Denmark sebanyak 155.826 orang, dengan 1.204 orang meninggal dunia, dan 102.184 sembuh. Rasio kematian akibat Covid-19 di Denmark sangat rendah, hanya 0,7%, jauh lebih rendah dari rata-rata dunia 2,2%.
Rendahnya rasio kematian tersebut menunjukkan bagaimana bagusnya penanganan kesehatan di Denmark, yang membuat investor optimistis. Alhasil, maka uang krona Denmark sukses melaju kencang di tahun ini.
Selain itu, perekonomian Denmark juga bangkit di kuartal III-2020, produk domestik bruto (PDB) dilaporkan tumbuh 5,2% quarter-on-quarter (QoQ), setelah mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 7,1% QoQ di kuartal II-2020, dan kontraksi 1,6% QoQ di kuartal I-2020.
Artinya, Denmark sudah berhasil lepas dari resesi teknikal.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Euro Lengkapi 3 Besar
Euro yang sebelumnya menjadi mata uang terbaik di pertengahan tahun ini harus rela lengser dari takhta-nya, disalip duo krona.
Mata uang 19 negara ini sukses membukukan penguatan 9% YtD melawan dolar AS dan berada di level tertinggi dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir.
Melawan rupiah, euro menguat 11,05%, dan kemarin berada di kisaran Rp 17.279,11/EUR.
Sama dengan Swedia dan Denmark, blok 19 negara juga sudah sukses meredam penyebaran virus corona, tetapi sekali lagi kembali menghadapi serangan gelombang kedua.
Meski demikian, nilai tukar euro masih terus melaju, sebab pemulihan zona euro diperkirakan akan lebih unggul ketimbang AS.
Di tengah lonjakan kasus Covid-19, sektor manufaktur masih mampu mempertahankan ekspansi, bahkan lebih tinggi lagi.
Data dari Markit menunjukkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Prancis sebesar 51,1 di bulan ini, naik dari bulan November sebesar 49,6. Sementara itu motor penggerak ekonomi Eropa, Jerman, PMI manufakturnya tercatat sebesar 58,6, lebih tinggi dari sebelumnya 57,8.
Untuk zona euro secara keseluruhan, PMI manufaktur tercatat sebesar 57,3, naik dari sebelumnya 55,6.
Artinya, zona euro masih berada di jalur pemulihan ekonomi yang tepat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS