Wall Street Tembus Rekor, Rupiah Mau Mengekor

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 December 2020 09:15
valas
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Minat investor yang sedang tinggi terhadap aset-aset berisiko mendukung apresiasi mata uang Ibu Pertiwi.

Pada Selasa (29/12/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.140 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin atau stagnan.

Namun tidak lama kemudian rupiah berhasil menguat. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.130 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan tipis 0,07%. Sepertinya rupiah bisa melanjutkan perjalanan di jalur hijau hari ini.

Pasalnya, risk appetite investor sedang tinggi. Ini sudah terlihat di bursa saham New York.

Dini hari tadi, tiga indeks utama di Wall Street berakhir menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,68%, S&P 500 bertambah 0,87%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,74%. Ketiganya menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Berbagai sentimen eksternal berhasil membuat investor memasang mode risk-off (mengabaikan risiko). Pertama, Presiden AS Donald Trump akhirnya bersedia meneken Undang-undang (UU) anggaran negara yang bernilai US$ 2,3 triliun. Pemerintah AS pun terhindar dari penutupan sementara (shutdown).

Sebelumnya, Trump ogah membubuhkan tanda tangan di UU itu karena menilai stimulus fiskal untuk mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terlalu sedikit. Kongres menyepakati Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 600 sementara Trump ingin di US$ 2.000.

Namun sepertinya sikap keukeuh Trump tidak bertahan lama. Dihadapkan pada risiko shutdown, mungkin hati Trump luluh juga sehingga bersedia menandatangani UU yang ada di mejanya.

"Saya menandatangani ini dengan pesan yang kuat kepada kongres bahwa belanja-belanja yang tidak berguna harus dihapus. Uang yang lebih banyak akan segera datang," tegasnya, sebagaimana diwartakan Reuters.

Risiko shutdown pemerintahan AS kini bisa dihapus dari daftar. Investor pun bersiap untuk bermain agresif dan memburu instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.

Kedua, setelah bertahun-tahun akhirnya urusan 'perceraian' Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) selesai juga. Per 1 Januari 2021, masa transisi Brexit selesai dan kedua pihak resmi berpisah. Kesepakatan antara London dan Brexit membuat keduanya bisa tetap berdagang tanpa hambatan (bea masuk dan kuota).

"Dengan Brexit dan kesepakatan stimulus di AS, ada kelegaan bahwa kita sudah menghindari skenario terburuk," ujar Stephen Innes, Chief Global Strategis Axi, sebagaimana diwartakan Reuters.

Dua sentimen positif itu telah membuat dolar AS kembali ke posisi tertekan. Pada pukul 08:43 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,15%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular