
AS Gak Jadi Shutdown, IHSG Cek Ombak ke Level 6.100!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama awal pekan Senin (28/12/20) ditutup hijau 1,04% ke level 6.071,49.
Sejatinya IHSG sempat bergerak liar pada awal perdagangan sesi pertama dan sempat anjlok ke zona merah meski dibuka naik hampir 1%. Namun jelang penutupan perdagangan sesi pertama IHSG perlahan merangkak naik.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 43 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 9,8 triliun.
Beberapa sentimen yang dipantau oleh pelaku pasar jelang tutup tahun salah satunya perkembangan terbaru dari AS. Presiden Donald Trump akhirnya meneken Undang-undang (UU) anggaran negara tahun fiskal 2021 yang bernilai US$ 2,3 triliun. Pemerintah AS pun terhindar dari penutupan sementara (shutdown).
Sebelumnya, Trump ogah membubuhkan tanda tangan di UU itu karena menilai stimulus fiskal untuk mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terlalu sedikit. Kongres menyepakati Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 600 sementara Trump ingin di US$ 2.000.
Namun sepertinya sikap keukeuh Trump tidak bertahan lama. Dihadapkan pada risiko shutdown, mungkin hati Trump luluh juga sehingga bersedia menandatangani UU yang ada di mejanya.
Risiko shutdown pemerintahan AS kini bisa dihapus dari daftar. Investor pun bersiap untuk bermain agresif dan memburu instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
![]() IHSG proyeksi sesi II, 28 Des/Tri Putra |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terapresiasi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.111. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.021.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 51, yang meskipun belum menunjukkan adanya indikator jenuh jual akan tetapi RSI terkonsolidasi naik setelah sebelumnya menyentuh level jenuh jual yang biasanya menandakan IHSG akan terapresiasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot dan RSI yang terkonsolidasi naik maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish atau terapresiasi.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?