Kenapa Susah Cari Cuan dari Kemilau Emas? Ini Penyebabnya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 December 2020 12:10
FILE PHOTO: An employee sorts gold bars in the Austrian Gold and Silver Separating Plant 'Oegussa' in Vienna, Austria, December 15, 2017.  REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Jakarta, CNBC Indonesia - Rasanya sulit mendulang cuan dari emas akhir-akhir ini. Harga logam kuning tersebut masih susah untuk tembus level psikologis US$ 1.900 per troy ons. Dalam sepekan terakhir harga emas justru mengalami koreksi 0,3%. 

Di arena pasar spot harga emas dibanderol di US$ 1.875,82/troy ons. Di sepanjang bulan Desember ini harga emas berhasil menyentuh level tertingginya pada 17 Desember lalu di US$ 1.885,87/troy ons.

Harga emas justru loyo saat natal tiba. Minggu ini saja harga emas sempat rontok. Pemicunya tak lain dan tak bukan adalah penguatan indeks dolar yang menjadi indikator posisi greenback terhadap mata uang lain.

Harga emas dan dolar AS cenderung memiliki korelasi negatif kuat. Artinya ketika dolar AS mengalami apresiasi maka harga emas cenderung bakal terkoreksi. Kendati dolar AS sudah mulai loyo lagi dan harga emas berupaya rebound tetap saja emas masih di bawah level resisten kuatnya di US$ 1.900/troy ons.

Secara tren mingguan, volatilitas dari capital gain emas mulai tampak sejak bulan Agustus berbarengan dengan merosotnya harga emas dari level tertinggi sepanjang sejarah. 

Setelah berbulan-bulan perundingan stimulus fiskal jilid II di Amerika Serikat (AS) selalu berujung buntu, di pekan ini akhirnya ada titik terang. Kongres AS yang terdiri dari House of Representative (DPR) dan Senat berhasil meloloskan RUU stimulus fiskal senilai US$ 900 miliar.

RUU tersebut sudah diserahkan ke Presiden AS Donald Trump untuk ditandatangani sehingga sah dan cair. Dalam kondisi normal, Presiden Trump punya waktu 10 hari (di luar hari Minggu) hari untuk menandatangani RUU tersebut sehingga menjadi undang-undang, atau memveto alias membatalkan RUU tersebut.

Seandainya dalam 10 hari Trump tidak menandatangani ataupun memveto RUU tersebut, maka otomatis akan menjadi undang-undang. Namun, hingga saat ini Trump belum menandatangani RUU tersebut.

Malah, pada Selasa malam waktu setempat Trump sedikit mengejutkan pasar, melalui akun Twitternya, ia menyebut stimulus senilai US$ 900 miliar sebagai "aib". Ia menggugat karena nilainya terlalu kecil.

Ancaman Trump tersebut membuat pasar meragukan prospek cairnya stimulus dalam waktu dekat. Hal ini juga menghambat emas untuk naik lebih tinggi lantaran sudah kehabisan tenaga dan digempur oleh berita positif terkait perkembangan vaksinasi Covid-19 di berbagai negara.

Minggu depan harga emas akan kembali menguji level resisten kuatnya di US$ 1.900/troy ons. Risiko terbesar harga emas untuk minggu depan masih pada sentimen terkait stimulus dan vaksinasi Covid-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Ambles ke Bawah USD 1.700/Oz, Terendah 15 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular