Harga Minyak Naik sih, tapi kok Tipis yah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 December 2020 11:10
pengeboran minyak
Foto: REUTERS/Lucas Jackson/

Selain itu, pasar juga berekspektasi bahwa ke depan pasokan minyak bakal berkurang. Ini disebabkan penurunan stok minyak AS. Pada pekan yang berakhir 18 Desember 2020, inventori minyak Negeri Paman Sam turun 562.000 barel menjadi 499,5 juta barel.

Negeri Paman Sam adalah produsen minyak terbesar dunia. Tahun lalu, produksi minyak AS mencapai rata-rata 19,47 juta barel/hari atau 19% dari total produksi dunia. Jadi, ketika pasokan minyak dari AS berkurang maka dampaknya akan sangat terasa mengingat porsinya yang signifikan.

Kemudian, investor juga meyakini bahwa prospek permintaan minyak akan membaik. Dengan ekonomi yang berangsur normal dengan kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disase-2019/Covid-19), ada harapan permintaan energi bakal kembali normal.

Tanda-tanda perbaikan ekonomi memang mulai terlihat. Pada pekan yang berakhir 19 Desember 2020, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS berkurang 89.000 menjadi 803.000. Jauh lebih rendah ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 885.000.

Bahkan sektor penerbangan, yang sangat terpukul akibat pandemi, mulai bangkit. Di AS, American Airlines akan kembali memanggil karyawan yang sempat dirumahkan.

"Gaji karyawan akan segera dipulihkan. Karyawan akan dipanggil kembali secara bertahap," ungkap memo American Airlines kepada para karyawan yang ditandatangani oleh CEO Doug Parker dan Presiden Robert Isom.

Harapan akan aktivitas dan mobilitas masyarakat yang kembali normal membawa persepsi bahwa permintaan energi akan meningkat. Ke depan, kemungkinan besar kenaikan harga minyak akan berlanjut.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular