Cash is King! Dolar AS Diburu, Harga Emas Susah Melaju

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 December 2020 07:53
Virus Outbreak Britain
Foto: AP/Frank Augstein

Investor (dan seluruh dunia) kembali memasang mode waspada. Pasalnya, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sepertinya kian ganas saja.

Dunia kini dibuat cemas akan hadirnya varian virus corona jenis baru, yang disebut-sebut 70% lebih mudah menular dibandingkan sebelumnya. Virus corona varian ini merebak di Inggris.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Negeri Big Ben per 23 Desember 2020 adalah 2.110.318 orang. Bertambah 36.803 orang (1,77%) dibandingkan sehari sebelumnya. Tambahan pasien baru 36.803 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di Inggris.

Dalam 14 hari terakhir (10-23 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 25.720 orang per hari. Melonjak dibandingkan rata-rata 14 hari sebelumnya yakni 15.103 orang setiap harinya.

Oleh karena itu, pemerintah Inggris memperketat kebijakan pembatasan sosial (social disancing). Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson memperkenalkan zona Tier 4 untuk menggambarkan daerah dengan tingkat infeksi paling parah. Padahal sebelumnya paling mentok adalah Tier 3.

Sayangnya, ibu kota London adalah salah satu wilayah yang masuk kategori Tier 4. Artinya, warga tidak bisa merayakan Hari Natal dengan kumpul-kumpul di luar rumah.

"Dengan penularan yang semakin cepat dan luas, rumah sakit yang semakin padat, serta jumlah pasien meninggal yang semakin meningkat, kita harus bertindak. Kita tidak bisa merayakan Hari Natal seperti yang kita inginkan," tegas Matt Hancock, Menteri Kesehatan Inggris, sebagaimana diwartakan Reuters.

Celakanya, virus corona varian baru kini sudah agak menyebar. Tidak hanya Inggris, kasus juga ditemui di Hong Kong, Denmark, Belanda, Afrika Selatan, bahkan negara tetangga Australia.

Oleh karena itu, rasanya pandemi virus corona belum akan berakhir dalam waktu singkat. Ini membuat prospek ekonomi dunia kembali suram, karena risiko pengetatan social distancing meningkat yang membuat ekonomi 'mati suri'.

Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar kembali ke persepsi cash is king. Memegang uang tunai menjadi sangat penting. Namun bukan sebarang uang tunai melainkan dolar AS yang merupakan mata uang global.

Peningkatan permintaan dolar AS membuat nilai tukar mata uang ini menanjak. Otomatis harga emas pun susah terangkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular