Analisis Teknikal

Trump Sebut Stimulus US$ 900 M "Aib", Rupiah Batal Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 December 2020 08:53
A person in a President Donald Trump mask poses for photos in front of a background with Trump on it as supporters attend pro-Trump marches, Saturday Nov. 14, 2020, in Washington. (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: AP/Jacquelyn Martin

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,32% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.145/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Level tersebut merupakan penutupan terlemah dalam 1 bulan terakhir.

Mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS kemarin. Artinya the greenback memang sedang perkasa, yang dipicu oleh kecemasan akan mutasi virus corona di Inggris yang dikatakan bisa menyebar 70% lebih cepat.

Meski demikian, WHO meyakinkan varian baru virus corona di Inggris, masih bisa dikendalikan dan diatasi.

Kabar baik datang dari dalam negeri, dan bisa jadi akan mendongkrak kinerja rupiah hari ini, Rabu (23/12/2020). Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin melakukan reshuffle, mengganti 6 menterinya sekaligus. Pergantian tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja dalam hal penanggulangan virus corona beserta dampaknya, serta membangkitkan perekonomian.

Sementara itu dari eksternal, dolar AS sebenarnya akan mengalami tekanan setelah Kongres (DPR dan Senat) AS meloloskan paket stimulus fiskal senilai US$ 900 miliar, termasuk di dalamnya Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 600 per orang.

Rancangan undang-undang stimulus fiskal tersebut akan diserahkan ke Presiden AS Donald Trump untuk ditandatangani sehingga sah dan cair.

Saat stimulus tersebut cair, jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah, secara teori nilai tukar dolar AS akan tertekan.

Namun, Trump sedikit mengejutkan pasar, melalui akun Twitternya, ia menyebut stimulus senilai US$ 900 miliar sebagai "aib". Ia juga meminta Kongres AS untuk menaikkan BLT dari US$ 600 menjadi US$ 2.000.

Meski demikian, Trump tidak menyebutkan apakah RUU stimulus US$ 900 miliar tersebut akan ditandatangani atau tidak. Pasar memperkirakan RUU tersebut tetap akan ditandatangani, sebab selain berisi stimulus fiskal, juga berisi anggaran negara selama 1 tahun senilai US$ 1,4 triliun, sehingga jika tidak ditandatangai, pemerintah AS akan mengalami shutdown.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini semakin menjauhi level psikologis Rp 14.000/US$.

Tetapi, rupiah masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga momentum penguatan masih ada.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian sudah keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic sudah keluar dari wilayah oversold yang berarti terkanan pelemahan rupiah mulai berkurang.

Resisten berada di kisaran Rp 14.150/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.200/US$, sebelum menuju Rp 14.225/US$.

Sementara itu, support terdekat di kisaran kisaran Rp 14.115/US$ penembusan konsisten bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp 14.090/US$ hingga 14.070/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular