
Heboh Kabar Merger Indosat & Tri, Pesaing Utama Telkomsel?

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa keuangan asal Hong Kong, CK Hutchison Holdings Ltd. dikabarkan mendekati kesepakatan dengan Ooredoo QPSC asal Qatar, berkaitan dengan rencana konsolidasi operasi telekomunikasi dua anak usaha mereka di Indonesia.
"CK Hutch sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk menggabungkan bisnis telekomunikasi di Indonesia dengan PT Indosat, kata sumber Bloomberg yang mengetahui rencana ini, dikutip Selasa (22/12/2020).
Hutchison memiliki bisnis operator Tri yakni ke PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia), sementara Ooredoo memiliki sekitar 65% saham PT Indosat Tbk (ISAT) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan data laporan keuangan ISAT per November 2020, pemegang saham ISAT yakni Ooredoo Asia Pte Ltd 65%, Pemerintah RI 14,29%, dan publik 20,71%.
Sedangkan jaringan Tri di Indonesia, dioperasikan oleh PT Hutchison 3 Indonesia yang 65% sahamnya dimiliki Hutchison Whampoa dan sisanya oleh Northstar Pacific. Tri bagian dari Hutchison Asia Telecom Group.
Bagaimana sebenarnya potensi merger kedua perusahaan ini, apakah nantinya kedua perseroan akan diuntungkan? Bagaimana prospek bisnis ISAT dan Tri pasca merger kedepanya? Apakah setelah merger kedua perusahaan mampu bersaing dengan jawara operator seluler Indonesia, Telkomsel? Berikut ulasan Tim Riset CNBC Indonesia.
Indosat sendiri saat ini menempati posisi kedua pangsa pasar operator seluler di Indonesia berdasarkan jumlah penggunanya. Per kuartal ketiga 2020, Indosat memiliki jumlah pengguna sebanyak 60,4 juta pelanggan.
Akan tetapi posisi ini sejatinya belum aman, karena di posisi kedua PT XL Axiata (EXCL) menempel ketat dengan jumlah pengguna sebanyak 56,8 juta pelanggan.
Untuk operator Tri sendiri tercatat menduduki posisi keempat dengan total pengguna sebanyak 36 juta pelanggan, sehingga dengan bergabungnya Indosat dan Tri total pelanggan perseroan akan melesat menjadi 96,4 juta pelanggan atau kenaikan hingga 59,6%.
Dengan melesat kencangnya jumlah pengguna jasa perseroan meskipun jumlah pengguna masih terpaut jauh, perseroan berpotensi untuk menjadi penantang wahid jawara operator seluler Telkomsel yang memiliki total pelanggan sebanyak 170,1 juta.
Dengan bergabungnya Tri ke Indosat sendiri berpotensi membuat pasar operator seluler di Indonesia semakin timpang. Lembaga Rating Fitch dalam penelitianya menyebutkan bahwa tiga besar jawara operator seluler di Indonesia yakni Telkomsel, Indosat, dan XL menguasai 86% pangsa pasar.
Dengan bergabungnya Tri ke Indosat, angka ini berpotensi membengkak menjadi 96% sehingga menyebabkan pemain baru yang ingin masuk ke pasar serta pemain lama lainya kesulitan bersaing.
Hal ini tentu saja akan menguntungkan ketiga perseroan secara umum meskipun nantinya berpotensi merugikan para konsumen karena ada kemungkinan munculnya kartel operator seluler karena sebagian besar pangsa pasar dikuasai hanya oleh 3 perusahaan saja.
Tidak hanya dari segi jumlah pelanggan saja, akan tetapi dari segi pendapatan pun hal ini tentunya menguntungkan kedua belah pihak.
Tercatat Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau lebih dikenal dengan EBITDA Indosat per Q3 2020 adalah sebesar Rp 8,46 triliun. Meskipun jumlah pengguna Indosat lebih banyak, nyatanya angka ini kalah dari EBITDA XL yang berada di kisaran Rp 9,89 triliun untuk periode yang sama.
Sedangkan Tri Indonesia berhasil membukukan EBITDA sebesar HK$ 3,95 miliar atau sebesar Rp 7,15 triliun (Kurs Rp 1840/HK$). Dengan merger kedua perseroan maka EBITDA perusahaan berpotensi meroket hingga Rp 15,61 triliun atau kenaikan hingga 84,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
