
Jelang Tutup Tahun, Separuh Anggota LQ45 'Negatif Covid-19'

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki pekan keempat bulan Desember, 2020 sudah hampir tiba di penghujung tahun. Jumlah hari perdagangan bursa tinggal tersisa 5 hari lagi.
Secara umum tahun 2020 bukanlah tahun yang baik bagi umat manusia karena kemunculan virus Covid-19 yang mulai menyebar dari Wuhan,China.
Setelah virus tersebut merebak menjadi pandemi masih segar diingatan para pelaku pasar tentunya ketika pasar modal di seluruh belahan dunia terpaksa tumbang karena ketakutan pelaku pasar yang amat tinggi terhadap ketidakpastian akan virus ini.
Di pasar modal domestik sendiri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok parah ke titik terendahnya dari awal tahun yakni terkoreksi 37,9%. Sejak anjlok ke titik terendahnya IHSG mulai merangkak perlahan hingga awal bulan Oktober.
Awal bulan kesepuluh menjadi titik balik IHSG yang sukses melesat kencang selama 11 pekan berturut-turut sejak Oktober dimana IHSG loncat 5,40%, November dimana IHSG terbang 9,44%, dan Desember dimana IHSG sementara menguat 9,86% di bulan terakhir tahun 2020 ini.
Melesat kencangnya IHSG selama 3 bulan terakhir membuat indeks acuan ini sedikit lagi pulih dari pandemi corona. Tercatat hanya terkoreksi 2,13% lagi dari level awal tahun.
Hal yang serupa juga terjadi di indeks saham-saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni indeks LQ45 yang merupakan indeks berkonstituen saham dengan perdagangan likuid dan memiliki prospek usaha yang cerah.
Data perdagangan mencatat, indeks LQ45 hanya tinggal terkoreksi 4,02% lagi selama tahun berjalan. Meski Indeksnya masih terkoreksi ternyata mayoritas konstituen saham-saham LQ45 ini sudah pulih dari corona, simak tabel berikut.
Tercatat lebih dari separuh emiten anggota LQ45, tepatnya 23 emiten sudah berhasil pulih dari pandemi virus corona yang ditunjukkan dengan harganya yang sudah berhasil naik ke level perdagangan awal tahun sebelum corona merebak menjadi pandemi.
Bahkan berberapa emiten-emiten ini berhasil melesat kencang karena sentimen spesifik untuk masing-masing emiten.
Dapat dilihat kenaikan tertinggi saham-saham konstituen LQ45 jatuh kepada saham PT Merdeka Copper and Gold Tbk (MDKA) yag harga sahamnya berhasil melesar 158,9%.
Emiten yang baru saja menjadi anggota LQ45 pada tahun ini sendiri diuntungkan dengan sentimen kenaikan harga emas yang merupakan komoditas jualan emiten ini. Tercatat sejak awal tahun harga emas berhasil diuntungkan oleh sentimen corona karena investor melarikan dananya ke aset yang cenderung aman seperti emas alias aset safe haven.
Harga emas di pasar spot sendiri berhasil reli kencang dari level sekitar US$ 1.500/troy ons melesat hingga titik tertingginya di sekitar US$ 2.050/troy ons. Saat ini sendiri secara tahun berjalan emas berhasil terbang 23,73% selama tahun berjalan.
Di posisi kedua muncul nama emiten emas lainya yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang selain diuntungkan dengan sentimen kenaikan emas, muncul sentimen positif lain yakni pembentukan holding EV Battery sehingga selama tahun berjalan ANTM loncat 133,9%.
Rencana pembentukan holding PT Indonesia Battery untuk mengoperasikan pabrik baterai kendaraan listrik dengan nilai investasi pabrik mencapai US$ 12 miliar menjadi salah satu katalis positif bagi anak usaha MIND ID ini.
Dikabarkan anak usaha Inalum seperti ANTM dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan memegang peranan penting dalam holding ini. Saham INCO yang meruapakan anggota LQ45 sendiri juga berhasil masuk ke dalam anggota LQ45 yang sembuh dari corona dengan apresiasi 48,4% selama tahun berjalan.
Anak usaha MIND ID lainya yang menjadi anggota LQ45 yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga masuk kedalam daftar ini beserta emiten-emiten batu bara lainya karena sentimen reli harga batu bara yang kencang hingga menembus level US$ 80/ton.
Tercatat selain PTBA yang terbang 14,3% muncul pula nama PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang melesat 31,4% serta PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang stagnan dari level awal tahun.
Selain nama emiten-emiten di atas muncul pula satu-satunya emiten perbankan dalam daftar ini yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang ternyata sudah berhasil pulih dari pandemi mengalahkan para bank-bank raksasa lainya.
Tidak heran memang apabila BBCA di sematkan julukan King of Bluechip karena di tahun pandemi dimana sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari perlambatan ekonomi, saham BBCA mampu tumbuh 2,2% sejak awal tahun.
Suksesnya BBCA menekan angka Non Performing Loan (NPL tetap rendah sendiri menyebabkan profitabilitas perseroan tetap tinggi karena pencadagangan tidak membengkak. Tercatat selama 9 bulan di tahun 2020 laba bersih BBCA hanya turun 4,35% dari tahun sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000