
Dolar AS Ngamuk, Rupiah dan Mata Uang Asia Jadi "Tumbal"

Meski sedang menguat, tetapi dolar AS kemungkinan besar akan tertekan lagi, sebab stimulus fiskal di AS akan segera cair.
Kongres AS telah mengatasi perbedaan politik mengenai kesepakatan stimulus senilai US$ 900 miliar, yang memasukkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 600 per orang.
Paket tersebut juga memasukkan bantuan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) senilai US$ 300 miliar dan tambahan dana klaim tunjangan pengangguran senilai US$ 300 per pekan, yang saat ini dinikmati 12 juta orang pengangguran.
Proposal stimulus kini tinggal di-voting, sebelum disahkan oleh Presiden AS, Donald Trump, dan resmi cair.
Gelontoran stimulus fiskal akan menambah jumlah uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan kebijakan moneter Kamis dini hari. The Fed berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.
Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. The Fed juga menegaskan akan menambah nilai QE jika perekonomian AS kembali melambat.
The Fed memberikan proyeksi inflasi yang dilihat dari belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure/PCE) di tahun ini sebesar 1,2%, kemudian di tahun depan 1,8%. Artinya masih belum mencapai target di atas 2%, sehingga pada tahun depan kebijakan moneter yang diterapkan masih ultra longgar.
Selain QE, The Fed juga berkomitmen mempertahankan suku bunga acuan <0,25% dalam waktu yang lama.
"Langkah-langkah ini akan memastikan kebijakan moneter akan terus memberikan dukungan yang kuat terhadap perekonomian sampai pemulihan tercapai," kata Ketua The Fed, Jerome Powell, saat konferensi pers, sebagaimana dilansir CNBC International.
Data dari Fed Dot Plot, yang menggambarkan proyeksi suku bunga para pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee), menunjukkan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.
Alhasil, dolar AS masih akan tertekan setidaknya 2 tahun ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
