
Duh! Libur Nataru Bakal Kelabu, Rupiah Terburuk Kedua di Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini, padahal dolar AS sedang mengalami tekanan. Alhasil, rupiah bersama won Korea Selatan menjadi 2 mata uang yang melemah di pekan ini, sementara mata uang utama lainnya menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah melemah tipis 0,07% ke Rp 14.080/US$, menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua setelah won Korea Selatan yang merosot 0,71%.
Sementara itu, baht Thailand menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,9%. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pekan ini.
Tertekannya dolar AS terlihat dari indeksnya yang terus merosot. Sepanjang pekan ini, indeks dolar AS merosot lebih dari 1% ke 90.,016. Bahkan sebelumnya sempat turun ke bawah 90 untuk pertama kalinya sejak April 2018. Tekanan terhadap dolar AS datang dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan ekspektasi stimulus fiskal di AS.
The Fed berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai setidaknya US$ 120 miliar per bulan, sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.
Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. The Fed juga menegaskan akan menambah nilai QE jika perekonomian AS kembali melambat.
Selain QE, The Fed juga berkomitmen mempertahankan suku bunga acuan <0,25% dalam waktu yang lama.
"Langkah-langkah ini akan memastikan kebijakan moneter akan terus memberikan dukungan yang kuat terhadap perekonomian sampai pemulihan tercapai," kata Ketua The Fed, Jerome Powell, saat konferensi pers, sebagaimana dilansir CNBC International.
Data dari Fed Dot Plot, yang menggambarkan proyeksi suku bunga para pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee), menunjukkan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.
Sementara itu, stimulus fiskal di AS kemungkinan besar akan cair dalam waktu dekat.
Kongres (DPR dan Senat) telah mencapai kesepakatan stimulus senilai US$ 900 miliar yang termasuk bantuan langsung tunai (BLT). Namun, paket stimulus tersebut belum memasukkan bantuan untuk pelaku bisnis dan pemerintahan lokal-dua pemicu perbedaan Partai Demokrat dan Partai Republik.
"Kami masih dekat dan kita akan menuju ke sana," tutur Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell sebagaimana dikutip CNBC International. "Kami membuat jalur yang kuat untuk memuluskan jalan paket bantuan pandemi yang bisa mendapat persetujuan kedua belah pihak."
Ada kemungkinan stimulus tersebut akan cair 2 hari ke depan, sebab DPR dan Senat AS baru saja meloloskan undang-undang untuk pendanaan pemerintah AS guna menghindari shutdown hari Sabtu waktu setempat.
Undang-undang tersebut akan mendanai pemerintahan AS selama 2 hari saja, dan DPR serta Senat berharap dapat menyelesaikan paket stimulus tersebut juga dalam 2 hari.
Stimulus moneter dan fiskal membuat jumlah uang yang beredar di perekonomian bertambah, sehingga nilai tukar dolar AS melemah.