Dicap Manipulator, Selemah Apa Mata Uang Swiss & Vietnam?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 December 2020 18:45
Uang kertas 50-Swiss-franc (C) terletak di antara yang lain di dalam sebuah kotak di sebuah bank Swiss di Zurich, Swiss 9 April 2019. (REUTERS / Arnd Wiegmann)
Foto: Mata Uang Franc Swiss. (REUTERS / Arnd Wiegmann)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melabeli China sebagai manipulator mata uang pada tahun lalu, Amerika Serikat (AS) kini memberikan cap yang sama kepada Swiss dan Vietnam. Manipulator mata uang artinya suatu negara sengaja melemahkan nilai tukar mata uangnya guna mendapatkan keuntungan di perdagangan international.

Dengan nilai tukar yang lemah, harga produk suatu negara akan menjadi lebih kompetitif, sehingga permintaannya akan meningkat. Dengan demikian, neraca dagang akan mencetak surplus.

Namun jika melihat pergerakan mata uang Swiss, franc, justru sedang menguat di tahun ini. Sementara mata uang dong Vietnam memang menyentuh level terendah sepanjang sejarah, sebelum menguat tipis di penghujung tahun ini.

Melansir data Refinitiv, franc Swiss hari ini, Jumat (18/12/2020) sore berada di level 0,8849/US$, yang merupakan level terkuat sejak Januari 2015. Sepanjang tahun ini, atau secara year-to-date (YtD), franc sudah menguat 8,75% melawan dolar AS.

Jika melihat beberapa tahun ke belakang, franc memang cenderung bergerak dalam rentang tertentu. Dalam 4 tahun terakhir, sebelum tahun ini, level terkuat franc masih di atas 0,9000/US$, sementara level terlemahnya masih di bawah level paritas (1:1). 

Sementara dong Vietnam menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah 23.650/US$ pada 24 Maret lalu, saat virus corona dinyatakan sebagai pandemi. Tetapi setelah itu, perlahan-lahan dong bangkit dan berada di level 23.124/US$ pada hari ini. Sepanjang tahun ini, dong sudah menguat 0,2% YtD.

Berbeda dengan franc, mata uang dong justru terus melemah dari tahun ke tahun.

Meski demikian, dalam melabeli suatu negara sebagai manipulator mata uang, bukan posisi nilai tukarnya terhadap dolar AS yang dilihat oleh pemerintah AS, melalui Kementerian Keuangan.

Ada 3 kriteria yang bisa membuat suatu negara dilabeli sebagai manipulator mata uang. Yang pertama surplus neraca dagang dengan AS harus setidaknya US$ 20 miliar. Yang kedua, nilai invervensi mata uang melebihi 2% dari produk domestik bruto (PDB). Dan yang ketiga, memiliki surplus transaksi berjalan secara global lebih dari 2% PDB.

CNBC International melaporkan Swiss dan Vietnam jauh melampaui kriteria tersebut. Intervensi mata uang yang dilakukan Vietnam mencapai 5% dari PDB, sementara Swiss mencapai 14% dari PDB.

Menanggapi label dari AS tersebut, bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB) menolak tuduhan tersebut.

"Intervensi merupakan kebijakan moneter kami diperlukan, sah, dan kami memiliki inflasi yang rendah, bahkan saat suku bunga negatif, jadi kami harus melawan deflasi dan franc sangat kuat, secara nominal penguatan dalam 12 tahun terakhir sangat besar, baik melawan euro maupun dolar AS," kata Presiden SNB, Thomas Jordan, sebagaimana dilansir CNBC International.

SNB mengatakan akan tetap melakukan intervensi yang kuat di pasar valuta asing.

Sementara itu bank sentral Vietnam mengatakan akan bekerja sama dengan otoritas AS untuk memastikan hubungan dagang yang "harmonis dan adil".

Terkait kebijakan moneter yang diterapkan, bank sentral Vietnam mengatakan udah melakukannya selama bertahun-tahun guna menahan inflasi dan memastikan stabilitas makro, dan bukan untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan internasional.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular