
11 Pekan IHSG Menguat, Saatnya Kembali ke 6.200?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis 0,08% ke 6.113,382 pada perdagangan Kamis kemarin. Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 143 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 21,9 triliun.
Sentimen positif datang dari eksternal. Bank sentral Amerika Serikat (AS) menegaskan komitmennya untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra longgar dalam waktu yang lama. Sementara itu, stimulus fiskal di AS kemungkinan akan cair dalam waktu dekat.
Kedua hal tersebut membuat bursa saham AS (Wall Street) kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Kamis waktu setempat. Sebagai kiblat bursa saham dunia, penguatan Wall Street tentunya akan mengirim sentimen positif ke pasar Asia pada perdagangan hari ini, Jumat (18/12/2020), termasuk ke IHSG. Sehingga, bursa kebanggaan Tanah Air berpeluang besar membukukan penguatan 11 pekan beruntun, dan tidak menutup kemungkinan mencapai level 6.200.
Meski demikian, ada sedikit tekanan dari dalam negeri. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali mengatur pelaksanaan kegiatan perkantoran hingga pusat perbelanjaan selama masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendatang. Hal ini untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 selama masa liburan akhir tahun ini.
Pengaturan ini dikeluarkan melalui Seruan Gubernur (Sergub) Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta nomor 17 tahun 2020 tentang Pengendalian Kegiatan Masyarakat Dalam Pencegahan Covid-19 pada Masa Libur Hari Raya Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.
Seruan tersebut tidak seketat awal-awal masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetapi tetap membatasi pergerakan masyarakat, sehingga tingkat konsumsi berisiko tertekan dan menghambat pemulihan ekonomi.
Selain itu, kasus penyakit virus corona (Covid-19) juga kembali melonjak. Kasus baru pada Kamis kemarin sebanyak 7.354 orang, menjadi rekor terbanyak kedua setelah 8.369 yang dibukukan pada 3 Desember lalu.
Jika dilihat dari rata-rata, terjadi kenaikan yang signifikan. Sepanjang 17 hari di bulan Desember rata-rata kasus per hari sebanyak 6.154 kasus, dibandingkan 17 hari sebelumnya di November 4.773 kasus.
Secara teknikal, IHSG yang mencapai level 6.100, menunjukkan kuatnya momentum, sejak November lalu.
Awal munculnya momentum penguatan IHSG dimulai Kamis (5/11/2020) saat muncul White Marubozu dalam grafik candle stick harian.
Saat itu IHSG membuka perdagangan di level 5.161,39, yang sekaligus menjadi level terendah harian, dan mengakhiri perdagagan di level 5.260,326, sekaligus menjadi level tertinggi harian.
Level open sama dengan low, dan close sama dengan high itu yang disebut sebagai White Marubozu.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Terbukti setelahnya IHSG terus menguat.
![]() Foto: Refinitiv |
Pada Senin (23/11/2020) dan Kamis (26/11/2020) IHSG kembali membentuk pola White Marubozu, sehingga reli terus berlanjut.
IHSG juga bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menambah momentum penguatan.
Indikator stochastic pada grafik kembali masuk wilayah jenuh beli (overbought). Artinya kembali muncul tekanan turun.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik 1 jam masih berada di dekat wilayah overbought, artinya risiko koreksi cukup tinggi.
Resisten terdekat berada di kisaran 6.140, jika ditembus IHSG berpeluang menguat ke 6.170 sebelum menuju 6.200.
Sementara selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko turun dengan support terdekat di kisaran 6.090, sebelum menuju 6.050 hingga 6.030.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengekor Wall Street & Bursa Asia, IHSG Koreksi Hampir 2%