90% Kena Dampak Corona, Erick Ungkap 'Revolusi' Besar BUMN

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
17 December 2020 08:30
Dok: PLN
Foto: Dok: PLN

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan pihaknya terus mendorong BUMN untuk meningkatkan pelayanan terutama melalui penggunaan teknologi agar menjadi perusahaan yang lebih berdaya saing.

Salah satu BUMN yang terus dipantau tingkat pelayanannya menurutnya yaitu PT PLN (Persero). Sebagai perusahaan satu-satunya di sektor penjualan listrik ke masyarakat atau retail, menurutnya PLN harus terus memperbaiki sistem pelayanan ke masyarakat.

"Kemarin PLN sudah reformasi salah satu direksi, dan yang tadinya PLN karena monopoli listrik, kalau nggak datang ke sini (ke kantor PLN), nggak saya layani, sekarang bukan era seperti itu," ungkapnya dalam acara Indonesia Digital Conference, Rabu (16/12/2020).

Dia pun melanjutkan, adanya divisi retail di PLN saat ini menurutnya cukup untuk memperbaiki sistem pelayanan PLN.

"Divisi retail ada dan itu cukup buat saya. Oleh karena itu, saya tekankan, salah satunya saya bicarakan, saat Microsoft datang ke Indonesia, kita bilang ayo PLN mesti ada perubahan mentality dari segi pelayanan. Jangan gara-gara monopoli maunya dilayani, harus dibalik," tuturnya.

Dia mengatakan, transformasi bisnis merupakan kunci untuk mengatasi sejumlah masalah di PLN, seperti bisa untuk menekan subsidi yang salah sasaran dan juga menghadapi keluhan pelanggan, hingga kasus pencurian listrik.

"Hal-hal ini dengan smart grid, smart meter (Automatic Meter Reading/ AMR), semuanya menjadi terukur. Jadi, digitalisasi kepada PLN penting. Kita tahu capex (belanja modal) PLN tinggi," ungkapnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini sempat menuturkan investasi perseroan setiap tahunnya cukup tinggi yakni sekitar Rp 100 triliun per tahun yang berasal dari utang. Akibatnya, utang perseroan hingga 2019 melonjak menjadi mendekati Rp 500 triliun dari lima tahun sebelumnya sekitar Rp 50 triliun.

Namun pada tahun ini PLN memotong belanja modal atau capital expenditure (Capex) hingga hampir 50% menjadi Rp 53,9 triliun dari Capex awal Rp 100 triliun. Zukifli mengatakan pihaknya masih menyisir program yang bisa dijadikan prioritas untuk bisa dilanjutkan.

(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular