90% Kena Dampak Corona, Erick Ungkap 'Revolusi' Besar BUMN

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
17 December 2020 08:30
Menteri Badan Usaha Milik Negara RI (BUMN) Erick Thohir dalam acara CNBC Indonesia Award 2020 Indonesia dengan tema Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021. (CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMM) Erick Thohir mengungkapkan 90% perusahaan pelat merah terkena dampak. Dan Erick lagi-lagi memberikan 'ultimatum' kepada jajaran direksi perusahaan pelat merah untuk segera melakukan transformasi dan inovasi sehingga pada 2024 bisa terlaksana dan BUMN bisa bersinergi dengan banyak pihak.

"2024 kita harapkan transformasi sudah terjadi, inovasi terjadi, dan kita membuat ekosistem yang baik, karena kita tidak ingin BUMN menjadi menara gading," kata Erick dalam Indonesia Digital Conference 2020, yang digelar virtual, Rabu (16/12/2020).

"Kita harus bisa kerja sama dengan UMKM, swasta, dengan Pemda (Pemerintah), dengan masyarakat, ini kita harapkan bangun ekosistem yang bisa kita jaga," tegas pendiri Mahaka Media ini.

Dia menjelaskan, saat ini dampak pandemi Covid-19 tak hanya dirasakan oleh swasta, melainkan juga perusahaan BUMN.

Bahkan 90% di antaranya terdampak, hanya sektor telekomunikasi dan bank-bank anggota Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) yang dalam posisi bisa tumbuh berkelanjutan.

"90 persen BUMN terdampak, hanya telekomunikasi atau Himara yang dalam posisi sustain, tapi mayoritas dalam kondisi yang sangat berat, seperti kereta api, airport, menurun jumlah penumpang. Kemudian travel ini akan sangat berpengaruh pada saat ini," jelas Erick.

Sebab itu, perusahaan BUMN harus mengkaji ulang strategi bisnis ke depan, sehingga pada 2021 masuk dalam fase bertahan.

"Kita jaga bagaimana melindungi BUMN strategis dari dampak Covid. Pembentukan klasterisasi alhamdulillah sudah terjadi, yang tadinya 27 sekarang 12 klaster BUMN tapi supply chain [rantai pasokan] kita gabungkan," kata Erick.

Dia mengatakan, yang terpenting juga saat ini adalah tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) harus ditingkatkan.

"Transparansi, compability [kesesuaian] ini kita lakukan. Lalu kita terus lakukan adalah restrukturisasi dan realignment [penyusunan kembali], di mana kita terus memperbaiki portofolio dengan restrukturisasi korporasi dengan konsolidasi, simplifikasi, jangan ribet-ribet. Ini membuat sustain, langsung, kita bisa lari dengan cepat," tegasnya.

Erick juga menegaskan, yang tidak kalah penting adalah model bisnis yang berubah. "Ini yang saya tekankan kepada direksi BUMN, inovasi model bisnis baru harus mulai dipelajari," katanya.

"Adanya Covid-19, suka tidak suka perubahan harus terjadi di segala lini. Karena itu kita tetap harus fokus kepada penanganan Covid dan baru untuk yang perusahaannya.

"Kalau balik di awal, program Indonesia sehat, Indonesia pintar, itu sama, ini yang kita jabarkan. Kalau kita tidak menyelesaikan Covid-19, kita tidak mungkin tumbuh di Q2 2022. karena itu kita harus bergotong royong menyelesaikan Covid, tapi juga transformasi di dunia digitalisasi berjalan dengan baik."

Erick juga menekankan pentingnya para direksi memperhatikan 5 pilar BUMN, termasuk di antaranya mulai melakukan kerja sama dengan kampus-kampus dalam hal riset dan pengembangan (research and development/R&D).

"Saya hanya menekankan, karena saya tahu di sini [forum Indonesia Digital] juga banyak direksi BUMN yang hadir, sejak awal sebelum Covid terjadi, kita udah sosialisasi pada seluruh direksi, ini 5 pilar BUMN."

"Salah satunya yang saya tekankan lebih awal, bagaimana kepemimpinan teknologi inovasi ini merupakan kunci ke depan. Kita sangat agresif sekarang, kita melakukan kerja sama dan membangun infrastruktur dan bisnis model yang bisa ke arah friendly kepada digital, apakah big data, Artificial Intelligence (kecerdasan buatan], EV Battery [baterai listrik]."

"Dan termasuk kita ingin benahi, BUMN ingin kerja sama R&d dengan universitas-universitas, karena memang universitas itu pusatnya R&D, kenapa mesti diambil ke BUMN. Nah ini kita sinergikan. Hal-hal ini kita harapkan juga, kita bisa mengangkat secara keseluruhan competitiveness BUMN di bidang teknologi."

Pada kesempatan yang sama, Erick kembali mengingatkan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) untuk terus melakukan transformasi bisnis dan inovasi di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19 dan tingkat kompetisi yang tinggi.

"Telkom juga sama [mesti inovasi], sejak awal saya cukup keras kepada Telkom, dan dengan transformasi yang ada di Telkom sekarang bagaimana valuasi saham di Telkom sudah sangat bagus, rebound," kata Erick dalam Indonesia Digital Conference 2020, yang digelar virtual, Rabu (16/12/2020).

Erick benar bahwa saham Telkom alias TLKM sudah rebound. Data perdagangan BEI mencatat, pada penutupan sesi I, Rabu ini, saham TLKM naik 4,35% di level Rp 3.600/saham. Dalam 3 bulan terakhir, saham induk Telkomsel ini bahkan melesat 33,33% dengan kapitalisasi pasar Rp 356,62 triliun.

"Tapi tidak cukup di situ. Selain Telkom punya data center, national inovation, tapi saya challenge juga program satu data," tegas Erick.

"Bahwa Telkom penting jadi pondasi program satu data pemerintah."

Erick menegaskan bahwa program satu data pemerintah bisa ditangani oleh Telkom. "Karena tidak lain dengan punya program satu data yang bisa di-mantain telkom dengan datanya pemerintah, kita bisa juga membentuk transparansi daripada program-program pemerintah sehingga kita bisa menekan program-program pemerintah yang dikorupsi. Ini peran penting digitalisasi oleh pemerintah."

Lalu Erick Thohir mengungkapkan beberapa alasan pentingnya menggabungkan data UMKM, termasuk yang dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero)/PNM.

Erick mengatakan tujuan sinergi tersebut tentunya untuk mendorong pengusaha kecil untuk naik kelas, UMKM yang semula tidak bankable bisa masuk kategori layak mendapatkan kredit perbankan.

"Pembiayaan ultra mikro juga sama, menggabungkan satu data UMKM dengan upaya kita, pengusaha kecil naik kelas. Ultra mikro yang tadinya tidak bankable, naik kelas jadi bankable. Yang tadinya pinjaman Rp 2 juta karena track record bagus akhirnya mendapatkan pinjaman Rp 50 juta. Hal-hal ini kita gabungkan dan efisienkan," kata Erick dalam Indonesia Digital Conference 2020, Rabu (16/12/2020).

Selain itu, bunga kredit juga menjadi alasan Erick dengan adanya sinergi BRI-PNM-Pegadaian.

"Salah satu yang kita tekankan di sini adalah bunga. Jangan sampai [pengusaha] yang kecil dapat bunga mahal, yang besar dapat bunga murah karena struktur keuangannya. Contoh, PNM ketika menerbitkan untuk kebutuhan dananya mungkin [kasih] 9 persen, tapi BRI dengan market besar pinjamannya 3 persen."

Sebab itu, diharapkan ke depan Bank BRI yang berskala besar bisa membantu kapasitas PNM, sehingga nasabah dari pengusaha usaha kecil mendapatkan bunga atau sistem bagi hasil yang baik.

"Jangan kita ini berat ke yang kaya-kaya, tapi yang miskin pembiayaan yang lebih mahal."

"Dengan jalan tol sudah tembus dari Palembang ke Lampung, peningkatan hampir 40 persen. Karena itu mau tidak mau peningkatan pelayanan dengan sistem online sekarang sangat memudahkan, yang tadinya antreannyaa 60 jam sekarang bisa gak usah ngantre lagi. Sudah tahu jam berapa harus datang, nunggu berapa lama, kapasitas kapalnya ada atau tidak. Hal-hal ini sudah terjadi."

Tak hanya itu, Erick juga menyinggung soal pengadaan barang dengan nominal tertentu yang khusus akan menjadi ceruk pasar bagi UMKM, tak lagi digarap BUMN.

"Saya sudah keluarkan Permen [Peraturan Menteri], tidak boleh ada pengadaan barang di atas Rp 50 juta, Rp 250 juta, tidak boleh [digarap perusahaan BUMN]. Ini untuk UMKM sekarang. Ini beda dengan tahun 1998, UMKM yang bisa jadi backbone, bisa keluar [dari krisis saat itu], tapi dengan Covid saat ini, UMKM susah, karena itu keberpihakan BUMN ke UMKM harus terjadi."

Adapun khusus untuk Bank BRI, Erick mengatakan, BUMN tersebut sudah meluncurkan Pasarid, salah satu program Bank BRI yang diyakini akan menjadi alternatif pola bertransaksi yang sangat solutif bagi konsumen dan BRI.

"Sama ini juga kita bicara pedagang besar, kecil, harian yang aksesnya terbatas. Bahkan butuh modal, ini juga kita sinergikan. Hal-hal ini digitalisasi yang ada di BUMN tidak hanya meningkatkan competitiveness di BUMN sendiri, tapi meningkatkan pelayanan ke masyarakat dan juga memastikan keberpihakan ke yang kecil dan terus mendukung program pemerintah."

"BUMN sendiri selain harus berbisnis, memberikan dividen yang besar ke pemerintah, tapi tidak lupa meningkatkan pelayanan public services-nya, karena kita lokomotif pertumbuhan ekonomi," tegas Erick.

"Bantuan BUMN ke permodalan, subsidi bunga sudah kita jalankan jauh-jauh hari, Himbara [Himpunan Bank-bank BUMN] bantu UMKM, korporasi, bunganya, cicilannya dimudahkan. Kita juga membantu banpres ke pengusaha mikro, kita support, jaminan kredit juga kita lakukan."

"Kita tingkatkan pembiayaan UMKM, melalui bagaimana sinergitas Himbara dan PNM."

Sebelumnya, dalam forum CNBC Indonesia Award 2020 10 Desember lalu, Erick Thohir menyatakan ada 2 aksi korporasi BUMN pada 2021. Aksi korporasi ini bisa menjadi merupakan yang terbesar sepanjang sejarah BUMN di Indonesia.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan pihaknya terus mendorong BUMN untuk meningkatkan pelayanan terutama melalui penggunaan teknologi agar menjadi perusahaan yang lebih berdaya saing.

Salah satu BUMN yang terus dipantau tingkat pelayanannya menurutnya yaitu PT PLN (Persero). Sebagai perusahaan satu-satunya di sektor penjualan listrik ke masyarakat atau retail, menurutnya PLN harus terus memperbaiki sistem pelayanan ke masyarakat.

"Kemarin PLN sudah reformasi salah satu direksi, dan yang tadinya PLN karena monopoli listrik, kalau nggak datang ke sini (ke kantor PLN), nggak saya layani, sekarang bukan era seperti itu," ungkapnya dalam acara Indonesia Digital Conference, Rabu (16/12/2020).

Dia pun melanjutkan, adanya divisi retail di PLN saat ini menurutnya cukup untuk memperbaiki sistem pelayanan PLN.

"Divisi retail ada dan itu cukup buat saya. Oleh karena itu, saya tekankan, salah satunya saya bicarakan, saat Microsoft datang ke Indonesia, kita bilang ayo PLN mesti ada perubahan mentality dari segi pelayanan. Jangan gara-gara monopoli maunya dilayani, harus dibalik," tuturnya.

Dia mengatakan, transformasi bisnis merupakan kunci untuk mengatasi sejumlah masalah di PLN, seperti bisa untuk menekan subsidi yang salah sasaran dan juga menghadapi keluhan pelanggan, hingga kasus pencurian listrik.

"Hal-hal ini dengan smart grid, smart meter (Automatic Meter Reading/ AMR), semuanya menjadi terukur. Jadi, digitalisasi kepada PLN penting. Kita tahu capex (belanja modal) PLN tinggi," ungkapnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini sempat menuturkan investasi perseroan setiap tahunnya cukup tinggi yakni sekitar Rp 100 triliun per tahun yang berasal dari utang. Akibatnya, utang perseroan hingga 2019 melonjak menjadi mendekati Rp 500 triliun dari lima tahun sebelumnya sekitar Rp 50 triliun.

Namun pada tahun ini PLN memotong belanja modal atau capital expenditure (Capex) hingga hampir 50% menjadi Rp 53,9 triliun dari Capex awal Rp 100 triliun. Zukifli mengatakan pihaknya masih menyisir program yang bisa dijadikan prioritas untuk bisa dilanjutkan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular