
Imbas Corona, Bos BRI: 2,5% Debitur Berpotensi Gagal Bayar

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso menyatakan, pandemi Covid-19 benar-benar menghantam hampir seluruh bisnis, termasuk di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang saat ini menjadi fokus pembiayaan BRI.
Menurut Sunarso, pandemi Covid-19 berbeda dengan krisis yang melanda di tahun 1998 dan 2008 yang lebih dipicu oleh krisis di sektor keuangan. Sehingga yang lebih terkena dampaknya adalah korporasi.
"Krisis ini disebabkan oleh penyakit, seluruh dunia mengalami. Aktivitas ekonomi dikurangi melalui lockdown. Yang gampang, yang biasa jualan makanan, sayur mayur, maka ketika yang skala UMKM disuruh berhenti, ya langsung drop, maka yang paling kena adalah UMKM, terutama mikro," kata Sunarso, dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia, Rabu (16/12/2020).
Menurut Sunarso, BRI sudah melakukan restrukturisasi kredit kepada 2,9 juta nasabah dengan komposisi 80% adalah nasabah UMKM. BRI telah melakukan relaksasi berupa pelonggaran pembayaran bunga kredit maupun pokok, namun dari restrukturisasi tersebut, sebanyak 2,5% atau setara 72.500 debitur belum bisa memenuhi kewajibannya alias berpotensi menjadi gagal bayar.
"Semula kita khawatir yang restukturisasai akan terjatuh, 3 bulan pertama sudah selesai, yang tetap jatuh 2,5%, maka kita cukup bernafas lega. Relaksasi 6 bulan sudah jatuh tempo, ternyata sama, yang gak bisa bangkit 2,5%," papar Sunarso.
Namun demikian, Sunarso menyebut, UMKM adalah sektor usaha yang juga paling cepat pertumbuhannya. Ia pun berharap sebanyak 2,5% debitur yang mendapat keringanan itu tetap mampu membayar kewajibannya sehingga tidak menjadi kredit yang bermasalah atau non performing loan (NPL).
"Saya bisa mengatakan, UMKM dalam krisis ini cepat kena duluan, tapi juga cepat pulih duluan. Itu yang kita harapkan, data 2,5% jatuh, kita restukturisasi, mudah-mudahan ada penyelesaian. Kita harus waspada dan hati-hati," katanya.
Karena itu, sampai dengan akhir tahun ini, bank dengan kode saham BBRI ini tak muluk-muluk memasang target terlampau tinggi untuk pertumbuhan kredit, yakni hanya di kisaran 4-5% saja.
"September [kredit BRI] tumbuh 4,9% sesuai target, namun industri hanya tumbuh 0,12%, ini tugas kita semua mendorong permintaan supaya kredit bisa tumbuh lagi," pungkas dia.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 20 Tahun Melantai di BEI, Ini Prestasi BBRI