Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengalokasikan dana Rp 400 miliar untuk membeli saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS).
Ini merupakan upaya untuk menyerap saham dari pemegang saham yang tidak menyetujui penggabungan usaha BRIS, PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) menjadi Bank Syariah Indonesia, nama baru hasil merger bank syariah BUMN.
Dalam Perubahan Ringkasan Rencana Merger yang disampaikan hari ini, Jumat (11/12/2020), disampaikan setiap pemegang saham BRIS yang tidak setuju terhadap keputusan rapat umum pemegang saham terkait penggabungan akan diberikan kesempatan untuk meminta saham-sahamnya dibeli oleh BRI dan atau YKP BRI.
Harga pembelian yakni Rp 781,29/saham BRIS yang merupakan nilai pasar wajar sebagaimana dinilai oleh KJPP Suwendho, Rinaldy dan Rekan.
BRI dan atau YKPP BRI akan bertindak sebagai pembeli saham dari para pemegang saham BRIS yang tidak menyetujui keputusan rapat umum pemegang saham terkait penggabungan berdasarkan perjanjian kesanggupan pembelian saham.
"BRI akan membeli saham dari pemegang saham yang tidak menyetujui Penggabungan dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp.400.000.000.000 dan apabila nilai saham yang harus dibeli melebihi Rp.400.000.000.000, maka YKP BRI akan membeli seluruh sisa saham dari pemegang saham yang mengajukan keberatan yang belum dibeli oleh BRI," sebut pengumuman tersebut.
Pembayaran atas saham yang dijual pemegang saham akan dilakukan pada 5 Maret 2020.
BRI telah memperoleh persetujuan pembelian saham yang diperhitungkan sebagai penyertaan modal tersebut sebagaimana dimuat dalam surat OJK No. S-194/PB.31/2020 tanggal 2 Desember 2020, di mana OJK memberikan persetujuan terhadap BRI untuk melakukan penyertaan modal sebanyak-banyaknya senilai Rp400 miliar.
Berikut ini jadwal penggabungan Bank Syariah Indonesia dari 3 bank syariah milik bank BUMN.
 Foto: Dok BRI Jadwa Penggabungan Bank Syariah |
Rencana penggabungan usaha PT Bank BRISyariah Tbk. (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) kian dimatangkan. Bank hasil penggabungan akan bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk dengan kode saham tetap BRIS.
Nama ini akan digunakan secara efektif oleh PT Bank BRISyariah Tbk. selaku Bank Yang Menerima Penggabungan (survivor entity).
Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan seluruh proses dan tahapan-tahapan merger akan terus dikawal hingga penggabungan ketiga bank syariah BUMN selesai dilakukan.
"Kehadiran Bank Syariah Indonesia akan menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, entitas baru ini tentu memerlukan identitas yang kuat dan Direksi yang berpengalaman untuk menjalankan operasionalnya," kata Hery yang kini menjadi Dirut Bank Syariah Mandiri, dalam siaran pers, Jumat (11/12/2020).
"Dengan direksi yang akan diisi oleh orang-orang berpengalaman di bidangnya, visi Bank Syariah Indonesia untuk menjadi salah satu bank syariah terbesar di dunia akan semakin mantap dan yakin bisa kita wujudkan," ujar Hery.
Nama baru ini terungkap dalam perubahan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) yang memuat tambahan penjelasan ihwal struktur, nama, dan logo bank baru. Publikasi Perubahan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha dilakukan sesuai regulasi yang berlaku dan mengikuti persetujuan regulator.
Perubahan nama tersebut juga diikuti dengan pergantian logo. Kantor pusat Bank Hasil Penggabungan akan berada di Jl. Abdul Muis No. 2-4, Jakarta Pusat, yang sebelumnya merupakan kantor pusat BRIS.
Bank Hasil Penggabungan akan melakukan kegiatan usaha pascamerger di kantor pusat, cabang, dan unit eksisting yang sebelumnya dimiliki BRIsyariah, Bank Syariah Mandiri, serta BNI Syariah.
Perubahan Ringkasan Rencana Merger juga memuat rancangan perubahan struktur organisasi Bank yang Menerima Penggabungan yakni BRI Syariah.
Pascamerger, Bank Hasil Penggabungan akan memiliki susunan kepengurusan yang diperkuat oleh 10 Direksi. Nama-nama tiap Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Hasil Penggabungan akan dibahas dalam RUPSLB BRIS diperkirakan akan dilaksanakan pada 15 Desember 2020.
Adapun 10 posisi Direksi yang akan mengelola jalannya usaha Bank Hasil Penggabungan terdiri dari Direktur Utama, dua posisi Wakil Direktur Utama, dan masing-masing satu Direktur Wholesale & Transaction Banking, Retail Banking, Sales & Distribution, Information Technology & Operations, Risk Management, Compliance & Human Capital, serta Finance & Strategy.
Hery Gunardi memastikan segala rencana perubahan dan penyesuaian operasional telah sesuai dengan tujuan dan kegiatan operasional bank hasil merger, yang memiliki visi menjadi Top 10 bank syariah terbesar di dunia dalam 5 tahun ke depan dan sebagai Top 10 bank terbesar di Indonesia.