
Wall Street: Nasdaq Menguat Sendirian, Saham Tesla Melonjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham AS, Wall Street ditutup variatif pada hari Kamis waktu AS (10/12/2020) atau Jumat pagi waktu Indonesia, menyusul data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang mengecewakan.
Dilansir dari AFP, aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran di AS melonjak pekan lalu sebesar 137.000 menjadi 853.000, menurut data pemerintah. Angka ini jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan ekonom.
Sementara lonjakan terbaru dalam kasus virus corona di AS juga membebani aktivitas.
Data CNBC International menunjukkan, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,2% di level 29.999,26. Indeks S&P 500 juga tergelincir 0,1% menjadi 3.688,10, sedangkan Indeks Komposit Nasdaq yang mayoritas berisi saham-saham emiten teknologi sendirian naik 0,5% menjadi 12.405,81.
Saham-saham penahan kejatuhan S&P lebih lanjut di antaranya Twitter naik 8,25% dan Occidental melesat 9,9%, sementara saham penggerak Indeks Nasdaq di antaranya Starbucks Corp naik 4,97%, Baidu 4,44% dan Tesla 3,74%.
Adapun saham penahan pelemahan DJIA yakni Chevron Corp 3,22%, Apple 1,33% dan Boeing naik 1,02%.
Data pekerjaan yang lemah muncul karena negosiasi tentang paket bantuan AS lainnya berlanjut.
Ketua DPR dari Partai Demokrat Nancy Pelosi mengatakan anggota parlemen dapat tinggal di Washington selama liburan Natal untuk mengesahkan RUU belanja baru.
Sementara itu, saham perusahaan penyedia jasa penginapan Airbnb meroket lebih tinggi dalam debut pasarnya saat mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO).
Dalam debutnya yang gemilang, platform berbagi rumah Airbnb menaikkan harga IPO lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 144,71 per saham (Rp 2 juta).
Perusahaan itu berhasil mengumpulkan dana IPO mencapai US$ 3,4 miliar atau setara dengan Rp 48 triliun dalam penawaran saham di tengah 'demam' tinggi investor yang mengincar saham-saham baru saat perusahaan mulai beradaptasi dengan perubahan gaya hidup yang dipaksakan oleh pandemi virus corona.
Sentimen bursa AS masih dihidupkan oleh ketakutan akan 'ledakan' kasus baru virus corona, apalagi mendekati libur natal dan tahun baru di mana biasanya aktivitas ekonomi bergerak cepat.
Selain itu beberapa negara bagian besar seperti California beberapa waktu lalu juga mengumumkan untuk memperketat peraturan mengenai liburan akhir tahun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Was-Was dengan Kinerja Perusahaan, Wall Street Melemah