
Meski Utang Pemerintah Membengkak, Pasar SBN Tak Ada Matinya

Gelontoran stimulus yang memicu kenakan uang beredar diduga tidak akan sampai memicu kenaikan inflasi (yang merupakan musuh natural dari imbal hasil atau keuntungan tetap obligasi). Oleh karenanya, investor global secara umum memegang ekspektasi inflasi yang masih rendah, sehingga mereka masih berselera membeli SBN di seluruh dunia.
"Kami tak yakin bahwa dari sini ke depan, imbal hasil akan naik lebih jauh lagi. Kami sebenarnya berpikir bahwa imbal hasil akan turun dengan kurva akhir yang lebih panjang," tutur Elwin de Groot, Kepala Perencana Makro Rabobank, sebagaimana dikutip CNBC International.
Pasar, lanjut dia, masih dalam situasi ketidakpastian ekonomi. Meski akan ada vaksin dalam waktu dekat, tapi belum diketahui secara pasti kapan pemerintah akan mulai merilis stimulus untuk menolong ekonomi yang masih kepayahan.
Kondisi pasar obligasi nasional pun kemungkinan tidak akan berbeda jauh. Imbal hasil riil memang masih akan lebih rendah dibandingkan dengan posisi awal tahun karena bank sental masih melanjutkan program mendukung otoritas fiskal dengan menyuntik likuiditas.
Dari sisi perbankan, pertumbuhan kredit tiap bulannya juga terus merendah, sementara dana phak ketiga (DPK) terus meningkat. Pergerakan yang berlawanan arah ini mengindikasikan bahwa likuiditas perbankan kian longgar.
Di tengah kondsi perekonomian yang masih belum menentu, kalangan perbankan kemungknan besar akan menaikkan porsi pembelian obligasi pemerintah maupun sertifikat Bank Indonesia (BI) yang menjanjikan keuntungan tetap. Ini dari sisi permintaan investor institusi.
Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per September di atas juga menunjukkan bahwa poss tabungan masyarakat terus meningkat, yang mengindikasikan bahwa mereka memilih mengerem belanja dan selera mengambil risikonya masih rendah.
Dus, ada peluang besar dana tabungan tersebut sebagian akan ditanamkan ke pasar surat berharga negara (SBN), sebagai bentuk diversifikasi aset. Ini akan menciptakan kolam tambahan dari sisi permintaan. Permintaan tinggi, di kala penawaran relatif tetap, memicu kenaikan harga.
Bagi pemerintah, kondisi imbal hasil yang masih rendah memungkinkan mereka menerbitkan surat utang baru dengan kupon bunga yang lebih rendah juga karenaa mengacu pada yield pasar. Hal ini berujung pada turunnya beban pembiayaan (cost of fund) yang harus dikeluarkan dari APBN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]