Hati-hati, Rupiah! Dolar AS Mulai Unjuk Gigi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 December 2020 10:12
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga menghijau di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (10/12/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.130. Rupiah menguat 0,24% dibandingkan posisi sebelum cuti bersama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Mata uang Ibu Pertiwi juga menguat di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:03 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.070 di mana rupiah menguat tipis 0,07%.

Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Seperti halnya rupiah, pergerakan mata uang Benua Kuning pun tipis-tipis saja.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:03 WIB:

Well, dolar AS memang sedang mendapat angin. Pada pukul 09:31 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.

Mata uang Negeri Paman Sam memang sudah melemah sangat tajam. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index terkoreksi 1,83% dan sejak awal kuartal IV-2020 anjlok 3,02%.

Ini membuat dolar AS sudah 'murah' di mata investor. Melihat dolar yang begitu 'murah', siapa yang tidak kesengsem? Permintaan dolar AS pun meningkat sehingga nilai tukarnya menguat.

Selain itu, investor cenderung bermain aman karena menunggu perkembangan stimulus fiskal AS. "Kami masih mencari jalan," ujar Mitch McConnell, Pimpinan Mayoritas Senat AS, seperti dikutip dari Reuters.

Tanpa stimulus fiskal, ekonomi AS akan sulit dipacu lebih cepat karena dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang sangat dahsyat. Salah satu dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah penurunan penciptaan lapangan kerja. Pada November 2020, perekonomian AS menciptakan 245.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll), jauh berkurang ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 610.000.

"Pemulihan ekonomi tertahan, dan masih amat rentan. Musim dingin dan lonjakan kasus baru bisa memukul ekonomi sampai jatuh sebelum pulih kembali setelah kehadiran vaksin dan stimulus dari Washington," kata Sun Won Sohn, Profesor di Loyola Marymount University di Los Angeles, sepert diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular