
Pergerakan Rupiah Mirip Kemarin, Bakal Juara Asia Lagi Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (8/11/2020). Pergerakan yang sama terjadi awal pekan kemarin, tetapi di akhir perdagangan rupiah justru mampu menguat tipis.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.080/US$. Tetapi tidak lama depresiasi langsung membengkak menjadi 0,36% ke Rp 14.130/US$, sebelum berada di Rp 14.100/US$ atau melemah 0,14%. Hingga pukul 12:00 WIBm rupiah tertahan di level tersebut.
Dolar AS belakangan ini sedang tertekan hingga menyentuh level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Tetapi sejak awal kemarin indeks dolar AS perlahan bangkit, dan siang ini juga naik tipis 0,07% di 90,857.
Kenaikan tersebut terbilang wajar, sebab sepanjang November hingga 4 Desember lalu, indeks yang kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS ini merosot 3,6%. Sehingga ada faktor koreksi teknikal. Sayangnya kenaikan indeks dolar tersebut cukup membebani rupiah.
Meski demikian, dolar AS ke depannya diprediksi masih akan terus melemah. Hasil survei terbaru dari Reuters terhadap 72 analis menunjukkan, sebanyak 39% memprediksi dolar AS akan melemah hingga 2 tahun ke depan. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan prediksi lainnya. Sebanyak 10% bahkan memperkirakan dolar AS masih akan melemah lebih dari 2 tahun ke depan.
Sementara itu, 15% melihat pelemahan dolar AS hanya akan berlangsung kurang dari 3 bulan dan setelahnya mulai bangkit. 14% meramal pelemahan berlangsung kurang dari 6 bulan, dan 22% lainnya kurang dari 1 tahun.
Di sisi lain, rupiah juga cukup terbebani dengan kenaikan kasus penyakit virus corona (Covidp-19) di Indonesia. Tekanan bagi rupiah sudah muncul sejak awal pekan lalu, setelah kasus Covid-19 mencetak rekor penambahan harian 6.267 kasus pada hari Minggu (29/11/2020). Rekor tersebut kemudian pecah lagi pada Kamis (3/12/2020), jumlah kasus baru tercatat sebanyak 8.369 orang.
Dalam 2 pekan terakhir, rata-rata penambahan kasus juga meningkat menjadi 1,03% per hari, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 0,92% per hari.
Lonjakan kasus tersebut tentunya membuat investor cemas jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan, yang dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia.
Kemarin, rupiah kembali tertekan, sebab dalam 2 hari sebelumnya kasus Covid-19 di atas 6.000 orang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI pada Minggu (6/12/2020) hingga pukul 12.00 WIB kasus baru tercatat 6.089, sementara di hari Sabtu sebanyak 6.020 kasus. Kemarin, penambahan kasus turun menjadi 5.754, tetapi masih termasuk cukup tinggi.
Melihat pergerakan kemarin, peluang rupiah untuk kembali menguat di penutupan perdagangan hari ini masih terbuka, melihat kurs non-deliverable forward (NDF) siang ini yang melemah tetapi tidak jauh ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan pagi tadi. Kemarin hal yang sama juga terjadi, sebelum rupiah menguat dan menjadi juara di Asia meski menguat tipis di akhir perdagangan.
Periode | Kurs Pukul 8:45 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.136,50 | Rp14.142,6 |
1 Bulan | Rp14.170,00 | Rp14.170,4 |
2 Bulan | Rp14.196,50 | Rp14.199,6 |
3 Bulan | Rp14.231,50 | Rp14.237,4 |
6 Bulan | Rp14.353,50 | Rp14.346,4 |
9 Bulan | Rp14.490,00 | Rp14.479,3 |
1 Tahun | Rp14.610,00 | Rp14.627,8 |
2 Tahun | Rp15.371,00 | Rp15.377,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
