Analisis Teknikal

Khawatir Covid-19, Hati-hati IHSG Bisa Lanjut Longsor Sesi II

Tri Putra, CNBC Indonesia
04 December 2020 13:02
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan di bursa saham domestik terjadi pada perdagangan hari ini. Sentimen negatif dari peningkatan kasus covid-19 dan kurangnya bahan baku pembuatan vaksin membuat investor menahan diri dan sebagian melakukan profit taking.

Dalam penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG terkoreksi 0,38% ke level 5.800,53. Nilai transaksi sudah mencapai hampir Rp 7,6 triliun dan asing net sell Rp 142 miliar.

Melonjaknya kasus positif harian virus Corona di Indonesia yang mencapai angka 8.363 pada Kamis kemarin, 4 Desember 2020 bisa menjadi sentimen negatif bagi perdagangan saham pada akhir pekan ini.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, bahkan mengatakan penambahan kasus tersebut tidak bisa ditoleransi. "Kita bisa melihat dalam beberapa hari terakhir kita mencatatkan rekor-rekor baru. Sebelumnya kita belum pernah mencapai di atas 5.000, tapi sayangnya kasus positif semakin meningkat bahkan per hari ini menembus lebih dari 8.000 kasus. Ini angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir," ujar Prof Wiku, dalam konferensi pers Kamis (3/12/2020).

Selanjutnya sentimen negatif juga datang dari perusahaan farmasi raksasa Pfizer mengumumkan hanya akan mampu mengirim setengah dari total target vaksin Covid-19 nya pada tahun ini.

Pfizer mengatakan vaksin yang dikembangkan bersama BioNTech ini kekurangan bahan baku mentahnya, dimana bahan baku yang tersedia saat ini tidak sesuai standar dilansir dari Wall Street Journal.

Perusahaan farmasi raksasa tersebut berharap untuk dapat mengirimkan hanya 50 juta dosis tahun ini dan menghapus harapan pemulihan ekonomi yang cepat pasca kehadiran virus corona yang tentunya sangat diperlukan untuk memutar kembali roda perekonomian.

Analisis Teknikal

Teknikal IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.843. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.775.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 57 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli meskipun demikian RSI terkonsolidasi turun setelah sebelumnya mendekati level jenuh beli. Hal ini biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator RSI yang sudah terkonsolidasi turun.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular