
Dolar AS Makin Murah! Rupiah Bisa ke Rp 13.000-an/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Rabu (2/12/2020), mengakhiri pelemahan sejak awal pekan lalu. Dolar AS yang sedang terpuruk membuat Mata Uang Garuda mampu menguat hari ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% di Rp 14.090/US$, tetapi tidak lama langsung melemah 0,25% ke Rp 14.135/US$. Rupiah berhasil memangkas pelemahan dan berada di level Rp 14.100/US$ atau stagnan nyaris sepanjang perdagangan.
Baru menjelang penutupan perdagangan, rupiah kembali ke zona hijau dan berakhir di level Rp 14.090/US$.
Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS hari ini. Hingga pukul 15:09 WIB, won Korea Selatan menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,36%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Mayoritas mata uang utama Asia yang menguat hari ini menunjukkan dolar AS memang sedang babak belur. Indeks dolar AS kemarin turun 0,61% ke 91,313 dan berada di level terendah sejak April 2018. Sementara hari ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut sempat turun lagi 0,22%.
Penguatan aset-aset berisiko membuat dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi tidak menarik.
Kemarin, bursa saham AS (Wall Street) kembali melesat naik, indeks S&P 500 bahkan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut memberikan angin segar ke Asia hari ini. Alhasil dolar AS makin tak menarik.
Greenback juga mengalami tekanan setelah pembahasan stimulus fiskal di AS kembali dibahas. Dalam keterangan tertulis, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) Nancy Pelosi mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan mengkaji proposal yang diajukan kubu Partai Demokrat. Salah satunya adalah pemberian vaksin anti-virus corona harus gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja.
Keputusan stimulus harus cepat, karena tenggat waktu pengesahan anggaran tahun fiskal 2021 adalah 11 Desember 2020. Jika anggaran negara disahkan tanpa stimulus, maka berbagai subsidi termasuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) tidak bisa dieksekusi.
Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis 17 Desember dini hari WIB.
Stimulus fiskal di AS masih belum jelas kapan akan digelontorkan, dan berapa nilainya. Sementara perekonomian AS disebut sangat membutuhkan stimulus guna memutar kembali roda bisnis. Oleh karena itu, ada peluang The Fed akan menambah stimulus moneternya dengan meningkatkan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE).
Saat stimulus fiskal atau moneter tersebut cair, maka jumlah uang yang beredar tentunya akan semakin banyak, secara teori dolar AS akan melemah.
Meski dolar AS sedang tertekan, tetapi rupiah belum sanggup menguat signifikan.
Pelaku pasar sepertinya masih berhati-hati, sebab hari Minggu lalu penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) mencatat rekor tertinggi. Di khawatirkan, jika penyebaran virus corona kembali tak terkendali maka Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat akan kembali diterapkan.
