Hancur Lebur, Nasib Emas Dipertanyakan Hingga Akhir Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam mulia emas sudah ambrol lebih dari 13% sejak menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah di bulan Agustus lalu. Bulan lalu harga emas ambles 5,37%. Tahun 2020 tinggal tersisa satu bulan, bagaimana prospek harga emas sampai akhir tahun?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada banyak faktor yang harus dianalisa. Pertama adalah karakteristik emas itu sendiri. Berbeda dengan saham yang membagikan dividen dan obligasi dengan kupon atau bunganya, emas bukanlah aset produktif.
Emas tidak memberikan imbal hasil apapun selain dari selisih harganya (capital gain). Layaknya mata uang fiat, pergerakan harga emas lebih didorong oleh keyakinan para pelaku pasar.
Sebagai aset tanpa imbal hasil emas memiliki biaya peluang (opportunity cost). Cara melihat opportunity cost emas adalah dengan membandingkan potensi return yang dihasilkan dengan imbal hasil aset safe haven yang lain seperti obligasi pemerintah (terutama pemerintah AS).
Suku bunga acuan the Fed (bank sentral AS) yang sudah berada di kisaran nol persen (zero lower bound), yield riil treasury AS yang negatif, greenback yang tertekan ke level terendah dalam dua tahun terakhir, prospek ekonomi yang penuh ketidakpastian membuat biaya peluang emas termasuk rendah.
Fenomena kebijakan moneter longgar yang dibarengi dengan ekspansi melalui quantitative easing (printing money) bank sentral global membuat ekspektasi inflasi yang tinggi di masa depan meningkat.
Injeksi likuiditas ke sistem keuangan yang masif ini membuat harga emas terbang tinggi di sepanjang tahun 2020. Bahkan pada Agustus lalu harga emas tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di US$ 2.063/troy ons di penutupan pasar spot.
Emas punya korelasi positif dengan inflasi dan berlawanan arah geraknya dengan greenback. Hingga saat ini kondisi ini belumlah berubah. Namun harga emas yang tadinya sempat melesat hampir 30% kini tinggal terapresiasi 17% saja dibanding awal tahun.
Kabar positif vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, Moderna hingga AstraZeneca yang diklaim punya tingkat efektivitas proteksi mencapai 90% membuat pelaku pasar otimis. Kendati ini baru analisa awal dari hasil uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19 pasar yang forward looking mulai melihat ekonomi akan segera pulih. dari resesi parahnya.
Itulah kenapa emas cenderung dilego belakangan ini dan harganya anjlok sampai ke bawah US$ 1.800/troy ons. Apabila melihat tren musiman emas dalam 24 tahun terakhir harga emas cenderung turun dari Oktober sampai pertengahan Desember.
Harga emas baru naik lagi dari pertengahan Desember sampai akhir Februari. Hal ini tak terlepas dari adanya peningkatan permintaan jelang libur natal dan tahun baru China (imlek).
Namun permintaan emas fisik terutama untuk kebutuhan perhiasan masih berpotensi tertekan dengan adanya pandemi Covid-19. Apabila sampai akhir tahun ini tidak ada lagi perkembangan positif vaksin Covid-19 ada kemungkinan harga emas bisa terbantu.
Dari sisi prospek kebijakan moneter, ketua the Fed Jerome Powell menegaskan bahwa suku bunga acuan tak akan diutak-atik untuk periode yang lama mungkin sampai tahun 2024.
Powell juga terus mendorong pemerintah Paman Sam untuk menggelontorkan stimulus guna menahan kejatuhan ekonomi lebih dalam. Kabar yang cukup baiknya adalah Presiden terpilih Joe Biden menunjuk mantan bos the Fed Janet Yellen untuk menjadi menteri keuangan AS.
Yellen juga terkenal dengan pandangannya yang sepaham dengan Biden dan Demokrat. Yellen disebut merupakan sosok yang tepat untuk menduduki posisi strategis sebagai menkeu lantaran punya pengaruh di Wall Street serta bisa melakukan negosiasi bipartisan mengingat kursi senat masih didominasi oleh Republik.
Kombinasi Powell dan Yellen dinilai positif oleh pasar. Apabila diskusi seputar stimulus jilid II mulai bergulir lagi dan menemukan titik temu, harga emas masih punya peluang naik.
Namun kenaikannya tidak akan serta merta begitu saja. Ada beberapa level psikologis yang harus dilalui emas setidaknya jika ingin kembali ke level US$ 2.000/troy ons yakni US$ 1.800, US$ 1.850, US$ 1.900 dan US$ 1.950.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Lagi, Harga Emas Pecahkan Rekor
(twg/twg)