
BRI: UMKM Butuh Tiga Stimulus Untuk Menggeliat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia- Pada masa pandemi Covid-19 UMKM menjadi salah satu sektor yang terdampak karena terbatasnya mobilitas masyarakat beberapa bulan belakangan. Padahal data menunjukan dari sisi entitas bisnis di Indonesia 99% terdiri dari UMKM dan menyumbang lebih dari 60% PDB, dan menyerap 97% lapangan kerja.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan untuk membangkitkan UMKM strategi paling tepat adalah bisnis mengikuti stimulus pemerintah untuk menumbuhkan daya beli dan permintaan agar UMKM dapat masuk ke pasar tersebut. Dengan begitu produksi UMKM dapat tumbuh dan terserap di pasar karena sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
"Tenaga kerja di UMKM akan terserap kalau produknya dikonsumsi, tidak terbatas konsumen domestik tetapi ekspor. Semakin banyak mengkonsumsi produk UMKM maka bisa meningkatkan kesejahteraan. BRI melakukan BRILIANPRENEUR UMKM Export 2020, agar UMKM kita tidak hanya produknya diserap pasar domestik tttapi juga pasar ekspor dan lebih banyak menyerap tenaga kerja sehingga bisa menjaga sustainibilty kesejahteraan masyarakat dari UMKM,"jelas Sunarso dalam konferensi pers, Selasa (01/12/2020).
Dia mengatakan pemerintah telah memberikan berbagai stimulus kepada dunia usaha termasuk UMKM untuk bangkit, dan ada tiga stimulus yang menurutnya paling efektif. Pertama, pemerintah menempatkan dana lembaga pembiayaan, Namun langkah ini masih belum dibutuhkan kembali karena justru sekarang perbankan tengah mengalami kelebihan likuiditas.
"Perbankan lagi kelebihan uang yang minta kredit yang kurang, karena buat apa mereka kredit kalau tidak ada yang beli barangnya," katanya.
Untuk itu penting ada stimulus kedua, yakni menumbuhkan daya beli masyarakat salah satunya melalui belanja negara. Selain itu bisa juga dengan memberikan subsidi pada UMKM atau memberikan bantuan sosial yang memacu masyarakat dapat membeli produk UMKM.
Ketiga, jaminan risiko yang diberikan pemerintah pada perbankan atau lembaga pembiayaan lainnya. Sunarso mengatakan hal ini penting karena bukan hanya permintaan kredit yang berkurang, kalau ada maka risikonya menjadi lebih tinggi dalam kondisi ini.
"Untuk itu pemerintah bisa memberikan jaminan agar kredit bisa disalurkan dan risikonya juga bisa diminimalkan," kata Sunarso.
Dia menilai yang paling dibutuhkan adalah belanja pemerintah dan jaminan, apalagi jika belanjan yang dikeluarkan adalah untuk produk UMKM.
Sunarso menekankan dalam mengembangkan UMKM uang bukanlah yang paling utama, tetapi bagaimana memenuhi selera pasar dengan keunikan yang dimiliki. Setelah mengetahui minat pasar dan kekuatan UMKM, maka dapat dipetakan dan dihitung nilai keekonomiannya, kemudian dilakukan pendampingan dari pengembangan produk hingga administrasi.
"Semua harus dipikirkan end to endnya, kemudian PR pemerintah mensinkronkan kebijakan untuk memajukan UMKM. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan, membaca pasar, hingga perizinan," kata Sunarso.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jaga Fundamental Kinerja, Bos BRI Dapat Penghargaan Ini