Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sementara di pasar spot, rupiah masih bingung menentukan arah.
Pada Selasa (1/12/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.178. Rupiah melemah 0,35% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Namun rupiah masih terombang-ambing di perdagangan pasar spot. Dibuka menguat 0,07%, mata uang Ibu Pertiwi melemah dalam besaran yang sama.
Sedangkan mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:
Mata uang Asia bergerak labil seiring penguatan dolar AS. Pada pukul 09:25 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%.
Mata uang Negeri Paman Sam memang sudah terdiskon gila-gilaan. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index terpangkas 2,3% dan sejak awal kuartal IV-2020 anjlok 2,14%. Dolar AS jadi 'seksi' lagi sehingga diborong investor.
"Ini hanya penguatan sementara bagi dolar AS. Dalam jangka panjang, trennya masih akan melemah," ujar Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Ya, situasi memang tidak mendukung bagi dolar AS untuk terus menguat. Terpilihnya Joseph 'Joe' Biden sebagai presiden AS akan membawa perubahan kebijakan luar negeri Negeri Adidaya, terutama dalam hal perdagangan.
AS yang terlibat perang dagang dengan sejumlah negara (terutama China) saat pemerintahan Presiden Donald Trump sepertinya tidak akan sepert itu di bawah komando Biden. Eks wakil presiden pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama itu lebih mengedepankan multilateralisme dan diplomasi ketimbang mengancam dengan menaikkan bea masuk.
Selain itu, kebijakan moneter AS juga masih akan ultra-longgar. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kemungkinan besar tetap mempertahankan suku bunga rendah sampai ekonomi benar-benar pulih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Berdasarkan dotplot The Fed, Federal Funds Rate paling cepat baru naik pada 2023.
Ditambah lagi vaksin virus corona akan segera datang. Hasil uji coba final untuk vaksin yang dikembangkan oleh Moderna memperoleh tingkat efektivitas 94%. Vaksin ini (sebagaimana yang dibuat oleh Pfizer dan BioNTech) diharapkan segera memperoleh izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA).
"Vaksin akan segera datang dan semoga ekonomi kembali normal. Ini akan positif bagi mata uang negara-negara berkembang dan harga komoditas," sebut riset UBS Global Wealth.
TIM RISET CNBC INDONESIA