
Selama November Batu Bara Naik 17%, Bakal Naik Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk pertama kalinya sejak akhir Maret lalu, harga kontrak futures batu bara termal Newcastle akhirnya sah menyentuh level psikologis US$ 70/ton pada Kamis pekan lalu (26/11/2020). Namun di hari perdagangan terakhir minggu lalu, harga kontrak batu bara berbalik arah.
Jumat (27/11/2020), harga kontrak batu bara yang aktif ditransaksikan ini melemah 0,64% dari posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Harga yang sudah reli kencang ini memang rawan terkoreksi karena para trader ingin merealisasikan keuntungannya (profit taking).
Harga batu bara sudah mulai merangkak naik sejak minggu kedua bulan Oktober. Bahkan di sepanjang bulan November harga kontrak batu bara Newcastle telah melesat 17,38%.
Kenaikan ini dipicu oleh beberapa sentimen utama terutama yang datang dari perkembangan terbaru vaksin Covid-19. Hasil uji klinis tahap akhir yang menjanjikan ketiga kandidat vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca membuat pasar berada di mode trading risk on.
Harga aset-aset keuangan seperti saham hingga komoditas yang sensitif terhadap siklus perekonomian seperti minyak dan batu bara ikut terkerek naik. Sementara harga aset minim risiko (safe haven) seperti emas justru ambles.
Berita gembira soal vaksin Covid-19 membuat pasar merespons positif dengan sumringah. Kenaikan harga batu bara juga tak terlepas dari perbaikan fundamentalnya dari sisi permintaan maupun pasokan.
Dari sisi demand, meningkatnya permintaan impor batu bara dari China dan India bulan November memberikan tekanan ke atas terhadap harga batu bara ketika para produsen memilih untuk memangkas produksinya akibat permintaan dan harga yang drop signifikan akibat lockdown.
Tingginya impor China dan India berhasil mendongkrak harga komoditas ini. Maklum, China adalah negara importir batu bara nomor satu dan dua di dunia.
Berdasarkan data Reuters, impor batu bara China pada November 2020 hingga pekan keempat adalah 17,72 juta ton. Melonjak nyaris 60% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara impor batu bara India dalam periode yang sama adalah 19,38 juta ton. Naik 6,78% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor batu bara Negeri Bollywood terus menanjak selepas semester I-2020 seiring pelonggaran karantina wilayah (lockdown).
Meskipun impor batu bara China mengalami kenaikan tetapi hubungan antara Beijing dengan Canberra tak bisa dikatakan akur. Tensi geopolitik bilateral keduanya dipicu oleh dukungan Australia untuk menginvestigasi asal muasal wabah Covid-19.
Secara informal China dikabarkan memboikot produk batu bara Australia sehingga pengiriman dari Negeri Kanguru ke Negeri Panda menjadi lebih rendah. China berdalih bahwa rendahnya impor dari Australia merupakan keputusan pribadi para konsumennya.
Melansir Reuters, China mengatakan impor batu bara dari Australia gagal memenuhi standard lingkungan yang ditetapkan menurut Kementerian Luar Negeri China sehingga puluhan pengiriman tertahan di pelabuhan.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan orang China melakukan penilaian pemantauan risiko terhadap keamanan dan kualitas batu bara impor, dan kami menemukan banyak batu bara impor gagal memenuhi standar lingkungan," kata juru bicara kementerian Zhao Lijian.
Data bea cukai menunjukkan impor batu bara kokas China dari Australia merosot pada bulan Oktober menjadi 1,53 juta ton, atau sekitar 26% dari total impor bahan bakar, pangsa pasar impor merosot dibandingkan dengan 30% pada September dan 78% pada Maret lalu yang merupakan level tertinggi setidaknya sejak 2018.
Berbeda dengan Australia yang ekspor batu baranya ke China bermasalah, Indonesia justru kedatangan berkah. China akan membeli batu bara termal senilai US$ 1,467 miliar dari Indonesia tahun depan kata Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI).
Kesepakatan perdagangan tersebut ditandatangani antara APBI dan China Coal Transportation and Distribution pada hari Rabu pekan lalu (25/11/2020).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article APBI:Pengusaha Hingga Negara Nikmati Lonjakan Harga Baru Bara