
Rupiah Apes! Cuma Melemah Tipis, Tapi Terparah di Asia

Dolar AS mencoba balas dendam setelah lama teraniaya. Pada pukul 09:25 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,2%.
Ada sentimen positif yang tengah menaungi mata uang Negeri Paman Sam. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan dalam Purchasing Managers' Index (PMI) mencatatkan perbaikan.
Pembacaan awal PMI manufaktur AS untuk periode November 2020 menghasilkan angka 56,7. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53,4 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak 2015.
"Dolar AS menguat secara luas didorong oleh rilis data dari Markit. Pemulihan ekonomi semakin terlihat, sehingga ada persepsi permintaan dolar AS akan meningkat," kata Ronald Simpson, Global Currency Analyst Action Economics, seperti dikutip dari Reuters.
Dalam proyeksi terbaru per 18 November, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta di laman GDPNow memperkirakan ekonomi Negeri Adidaya pada kuartal IV-2020 akan tumbuh 5,6% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih tinggi dibandingkan proyeksi 17 November yaitu 5,4%.
"Data PMI November memberi gambaran ekonomi AS usal pemilu, dan ternyata hasilnya sangat menggembirakan. Aktivitas bisnis, baik manufaktur maupun jasa, naik ke titik tertinggi sejak Maret 2015.
Ini mencerminkan permintaan sudah meningkat sehingga perusahaan mulai merekrut karyawan. Dunia usaha optimistis dengan ekspansi bisnis dalam setahun ke depan," papar Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Dolar AS yang sedang di atas angin tentu sulit ditandingi. Akibatnya, rupiah dan mata uang Asia lainnya harus rela masuk jalur merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)