Kurs Dolar Singapura 3 Hari Naik ke Rp 10.550, Rupiah Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Jumat (20/11/2020). Dengan demikian, mata uang Negeri Merlion ini menuju penguatan 3 hari beruntun, kinerja yang kontras dengan pekan lalu hingga awal pekan ini.
Pada pukul 10:36 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.546,29, dolar Singapura menguat 0,32% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pagi tadi, dolar Singapura menguat 0,37% ke Rp 10.551,96/SG$, sementara sejak Rabu lalu hingga ke level tertinggi hari ini menguat 1%.
Euforia perkembangan vaksin virus corona yang membuat rupiah perkasa sepertinya sudah mulai memudar.
Di awal pekan lalu, perusahaan farmasi asal AS, Pfizer, yang berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
Di awal pekan ini, giliran perusahaan farmasi asal AS lainnya, Moderna, yang mengumumkan hal yang sama.
CEO Moderna, Stephane Bancel, kemarin mengatakan hasil sementara uji coba tahap III vaksin miliknya efektif mencegah Covid-19 hingga lebih dari 94%.
"Ini merupakan momentum perbaikan dalam perkembangan kandidat vaksin Covid-19 milik kami. Sejak awal Januari kami mengejar virus ini dengan intens untuk melindungi manusia di seluruh dunia sebisa mungkin. Analisis positif dari studi fase III memberikan validasi klinis awal bahwa vaksin bisa mencegah Covid-19," ujarnya.
Kemudian di hari Rabu, Pfizer memberikan update, vaksin tersebut kini sudah selesai uji klinis tahap akhir, Pfizer mengumumkan vaksinnya, BNT162b2, efektif melawan virus corona hingga 95%.
Namun, pelaku pasar tidak bereaksi seperti pekan lalu saat masuk ke aset-aset berisiko, dan membuat rupiah perkasa.
Selain itu, rupiah juga menanti rilis data transaksi berjalan (current account) Indonesia hari ini.
Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, sehingga menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money di pos transaksi modal dan finansial (komponen NPI lainnya) sehingga diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.
Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat.
Kini dengan "hantu" CAD yang diperkirakan pergi dari Indonesia untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir, akan menjadi modal rupiah untuk kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
