Hari ini Harga Minyak kok Flat Lagi, Ada Apa Gerangan?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 November 2020 10:23
FILE PHOTO: Saudi Aramco's Ras Tanura oil refinery and oil terminal in Saudi Arabia, May 21, 2018. REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo
Foto: File Photo: Saudi Aramco (REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak minyak mentah yang paling aktif ditransaksikan tak bergerak sama sekali alias flat pada perdagangan pagi hari ini, Jumat (20/11/2020). Namun kedua kontrak minyak baik Brent maupun West Texas Intermediate (WTI) masih berada di atas level US$ 40/barel.

Pada 09.40 WIB harga kontrak Brent yang digunakan sebagai patokan internasional dibanderol di US$ 44,2/barel. Sementara untuk kontrak WTI yang menjadi acuan Amerika Serikat (AS) berada di level US$ 41,72/barel.

Harga komoditas energi primer ini sempat drop ke bawah US$ 40/barel akhir Oktober lalu seiring dengan lonjakan kasus infeksi Covid-19 di berbagai negara terutama Amerika dan Eropa. 

Kasus yang meningkat membuat lockdown kembali marak diterapkan. Kendati lockdown jilid II ini dinilai tak akan semasif dan seketat yang pertama, tetap saja membuat prospek pemulihan permintaan minyak menjadi semakin tak menentu. 

Pasar yang bereaksi negatif berujung pada aksi jual kontrak minyaknya. Namun selang tak berapa lama pasar menjadi lebih optimis ketika Pfizer & BioNTech melaporkan hasil studi interimnya untuk uji klinis tahap akhir. 

Hasilnya menjanjikan, kedua pengembang vaksin itu mengklaim kandidat vaksin buatan mereka punya tingkat keampuhan lebih dari 90%. Seminggu berselang giliran Moderna yang mengklaim kandidat vaksin yang mereka buat punya tingkat keampuhan sampai 94,5%. 

Kabar baik tersebut direspons pasar dan harga minyak yang tadinya ambles merangkak naik. Bahkan secara month to date harga kontrak minyak sudah melesat dobel digit lebih dari 15%. 

Sebenarnya jalan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 masih terbilang panjang karena itu baru analisa awal. Lagipula pertambahan jumlah kasus infeksi terus meningkat setiap harinya. 

Kasus infeksi Covid-19 harian di AS diperkirakan bakal tembus angka 200.000. Ini menjadi sentimen negatif untuk pasar energi terutama minyak. Saat pasar terancam mengalami penurunan permintaan, pasokan justru berpotensi surplus. 

Mengutip Reuters, output minyak Libya sekarang sudah meningkat 1,25 juta barel per hari (bph). Libya akan terus mendorong output minyaknya dan tak akan ikut pada kesepakatan pengaturan output sebelum kapasitasnya mencapai 1,7 juta bph. 

Kenaikan output minyak Libya ini menjadi alarm bagi organisasi negara-negara eksportir minyak dan sekutunya (OPEC+). Para kartel ini disebut bakal menunda rencananya untuk meningkatkan output sebesar 2 juta bph yang seharunya mulai Januar nanti. 

Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) Suhail al-Mazrouei mengatakan negaranya selalu menjadi anggota OPEC yang berkomitmen dan telah menunjukkan komitmen ini melalui kepatuhannya pada perjanjian pengurangan pasokan minyak OPEC+ yang sedang berlangsung.

Komentar menteri tersebut sebagai tanggapan atas laporan media bahwa UEA telah mempertanyakan manfaat berada di OPEC dan bahkan mempertimbangkan apakah akan meninggalkan kelompok penghasil minyak tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesti Senang atau Sedih? Sepekan Harga Minyak Lompat 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular