Melesat Nyaris 150%, Millienial Pilih Bitcoin Ketimbang Emas

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 November 2020 18:05
topik bitcoin thumbnail
Foto: topik/topik bitcoin thumbnail/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia belakangan ini sedang melempem setelah adanya kabar baik mengenai vaksin virus corona. Saat sinar logam mulia sedang meredup, harga bitcoin justru terus melesat naik.

Mata uang kripto yang digadang-gadang sebagai emas digital ini sepanjang tahun ini terbang tinggi, lebih dari 100%.

Sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,43/troy ons pada 7 Agustus lalu, harga emas dunia menurun dan bergerak sideways dalam 2 bulan terakhir. Pada perdagangan Rabu (18/11/2020) kemarin, emas mengakhiri perdagangan di level US$ 1.871,41/troy ons. Melihat posisi tersebut, emas sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YtD) membukukan penguatan sekitar 23%.

Sementara itu bitcoin, kemarin mengakhiri perdagangan di US$ 17.789,75/BTC, bahkan sempat melewati US$ 18.000/BTC untuk pertama kalinya sejak Desember 2017 lalu.

Sepanjang tahun ini, bitcoin sudah melesat lebih dari 148%, dan semakin dekat dengan rekor tertinggi sepanjang masa US$ 19.458,19/BTC, yang dicapai pada 18 Agustus 2017 lalu.

Ether, mata uang krito dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua setelah bitcoin sepanjang tahun ini terbang lebih tinggi lagi, 270%, ke US$ 474,61/ETH.

Penguatan mata uang kripto di tahun ini tidak lepas dari pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang melanda dunia. Seperti disebutkan sebelumnya, bitcoin digadang-dagang sebagai emas digital, sehingga perilakunya dan penggeraknya di tahun ini juga sama.

Selain itu, investor-investor kawakan, seperti Paul Tudor Jones, dan Stanley Druckenmillier juga mulai berinvetsasi di bitcon. Dalam acara "Squak Box" CNBC International pada bulan Mei lalu, Jones mengatakan bitcoin merupakan "spekulasi yang sangat bagus", dan ada sekitar 2% bitcoin dalam portofolio investasinya.

"Lebih dari 1% aset saya saat ini adalah bitcon, mungkin hampir 2%, dan itu terlihat sebagai angka yang tepat untuk saat ini," kata Jones sebagaimana dilansir CNBC International.

Bagi para pelaku pasar, investasi Jones di bitcoin menjadi sesuatu yang tidak biasa. Tetapi menurut Jones, bitcoin lebih baik ketimbang memang uang tunai, seperti dolar Amerika Serikat (AS).

"Jika anda memegang uang tunai, ada tahu bank sentral memiliki tujuan mendepresiasi nilai tukar sebesar 2% per tahun. Jadi pada dasarnya memegang uang tunai sama dengan membuat aset anda dengan percuma," katanya.

Sementara itu, Stanley Druckenmillier, melihat inflasin di AS akan terus naik dalam 5 sampai 6 tahun ke depan akibat stimulus moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan ia menyukai emas dan bitcoin sebagai lindung nilai terhadap risiko kenaikan inflasi.

Pernyataan Druckenmillier tersebut mengindikasikan bitcoin memang berperilaku seperti emas, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai emas digital.

Melansir Forbes, Xolali Zigah founder dan chairman Cash Angel, pada bulan Mei lalu menyebutkan agar bitcoin bisa disebut sebagai "emas digital" harus juga memiliki atribut seperti emas, kecuali aset berwujud tentunya.

Artribut utama, yakni kelangkaan, baik emas dan bitcoin memiliki supply yang terbatas.

Kemudian ada 3 atribut lainnya.

Yang pertama sebagai alat pembayaran. Emas maupun bitcoin bisa digunakan sebagai alat pembayaran, keduanya bisa ditukarkan dengan barang maupun jasa.

Yang kedua, unit akun, dimana kedua aset ini bisa dipecah-pecah menjadi ukuran lebih kecil. Emas bisa dipecah menjadi setengah ons, seperempat ons, atau dalam gram. Sementara bitcoin bisa dibagi menjadi 1 satoshi, yang merupakan 1/100.000.000 bitcoin.

Yang ketiga, sebagai penyimpan nilai (store of value), yang dikatakan masih menjadi perdebatan apakah bitcoin memilikinya atau tidak. Store of value biasanya menunjukkan aset yang akan diburu saat terjadi gejolak perekonomian karena memiliki nilai intrinsik.

Zigah menyatakan, banyak investor yang skeptis menyatakan bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik karena merupakan aset tidak berwujud. Tapi menurut Zigah, nilai intrinsik tidak selalu harus berwujud, bisa juga dilihat dari sisi keamanan yang diberikan.

Ia menyatakan dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, akan diketahui apakah bitcoin benar menjadi emas digital atau tidak. Zigah menyakini bitcoin akan menunjukkan sebagai aset store of value.

Emas dan bitcoin memang sama-sama menunjukkan kinerja cemerlang di tahun ini, meski bitcoin melesat jauh lebih tinggi. Meski demikian, investor emas dan bitcoin ternyata berbeda menurut bank investasi ternama JP Morgan.

"Dua kelompok menunjukkan perbedaan dalam preferensi untuk mata uang 'alternatif'. Kelompok yang lebih tua lebih memilih emas, sementara kelompok muda memilih bitcoin," kata analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan yang dikutip Kitco, Selasa (18/8/2020).

Preferensi emas dan bitcoin sebagai alternatif berdampak pada korelasi kedua aset tersebut menjadi lebih positif. Artinya keduanya bergerak searah, ketika emas menguat, bitcoin juga akan naik. Menurut JP Morgan, hal itu terjadi karena milenial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS.

"Aliran modal simultan telah menyebabkan perubahan pola korelasi antara bitcoin dengan aset lainnya, menjadi lebih positif antara bitcoin dan emas, tetapi juga antara bitcoin dengan dolar karena milenial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS," kata Panigirtzoglou.

Sementara itu menurut CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz, kenaikan bitcoin kali ini berbeda dengan tahun 2017 lalu, saat mencetak rekor tertiggi sepanjang masa, kemudian malah ambrol nyaris 80% setahun berselang.

Menurut Novogratz saat itu penguatan bitcoin dipicu aksi spekulatif dari investor ritel, sementara saat ini investor institusional mulai masuk ke bitcoin.

"Anda tidak bisa membeli bitcoin di Citibank atau Bank of Amerika, tetapi ahli strategi mereka membicarakan tentang ini. Kita melihat institusi mulai membeli bitcoin, kita melihat investor kaya raya membeli ini, dan diluar negeri mulai diadopsi oleh institusi," kata Novogratz sebagaimana dilansir CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular