Euforia Vaksin Memudar, Dolar Singapura Naik ke Rp 10.500

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 November 2020 12:28
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (19/11/2020), hingga naik ke atas Rp 10.500/US$. Euforia vaksin virus corona yang membuat rupiah menguat belakangan ini sepertinya mulai memudar, dan rupiah akhirnya terkoreksi.

Pada pukul 11:23 WIB, SG$ 10.5050,95, dolar Singapura menguat ke 0,38% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sejak pekan lalu, kabar baik vaksin corona membuat rupiah perkasa. Dolar Singapura sempat turun ke level terendah dalam 4 bulan terakhir.

Di awal pekan lalu, perusahaan farmasi asal AS, Pfizer, yang berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

Di awal pekan ini, giliran perusahaan farmasi asal AS lainnya, Moderna, yang mengumumkan hal yang sama.

CEO Moderna, Stephane Bancel, kemarin mengatakan hasil sementara uji coba tahap III vaksin miliknya efektif mencegah Covid-19 hingga lebih dari 94%.

"Ini merupakan momentum perbaikan dalam perkembangan kandidat vaksin Covid-19 milik kami. Sejak awal Januari kami mengejar virus ini dengan intens untuk melindungi manusia di seluruh dunia sebisa mungkin. Analisis positif dari studi fase III memberikan validasi klinis awal bahwa vaksin bisa mencegah Covid-19," ujarnya.

Kemarin, Pfizer memberikan update, vaksin tersebut kini sudah selesai uji klinis tahap akhir. Kemarin, Pfizer mengumumkan vaksinnya, BNT162b2, efektif melawan virus corona hingga 95%.

Namun, pelaku pasar tidak bereaksi seperti pekan lalu saat masuk ke aset-aset berisiko, dan membuat rupiah perkasa.

Sementara itu, dari dalam negeri, pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) siang nanti.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, dan sejawat menggelar RDG pada 18-19 November 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 4%.

Dari 13 ekonom/analis yang terlibat dalam pembentukan konsensus, delapan di antaranya memperkirakan suku bunga acuan tidak akan berubah. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan adanya kejutan dari BI dengan memangkas suku bunga.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular