
Ada Sinyal Positif dari OPEC+, Harga Minyak Langsung Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Sinyal bahwa Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak dan koleganya (OPEC+) tak akan meningkatkan produksi mulai awal tahun depan disambut baik oleh pasar. Buktinya di awal pekan ini harga kontrak futures minyak mentah yang teraktif ditransaksikan terpantau melesat.
Senin (16/11/2020) harga kontrak futures minyak mentah Brent naik 0,89% ke US$ 43,16/barel dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melesat lebih tinggi dengan apresiasi sebesar 1,15% ke US$ 40,59/barel pada 09.30 WIB.
Kedua kontrak naik lebih dari 8% minggu lalu. Kabar positif soal vaksinCovid-19 menambah sentimen positif untuk harga emas hitam selain sinyal dariOPEC+.
Pfizer dan BioNTech melaporkan analisa awal uji klinis tahap akhir kandidat vaksinnya. Hasilnya mengejutkan dan disambut positif oleh banyak pihak termasuk pasar. Berdasarkan press release perusahaan kandidat vaksin buatannya punya keampuhan lebih dari 90%.
Selang tak berapa lama, giliran vaksin Sputnik buatan institusi riset Rusia yaitu Gamaleya Research Institute yang juga mengumumkan kandidat vaksin buatannya punya tingkat keampuhan lebih dari 92%.
Kendati banyak pertanyaan seputar data uji klinis tahap akhir yang dilaporkan oleh para pengembang, risk appetite investor membaik dan pasar cukup dibuat sumringah.
Untuk menahan harga minyak dari kejatuhan yang lebih dalam, para kartel (OPEC+) akan mengadakan pertemuan komite menteri pada hari Selasa yang dapat merekomendasikan perubahan pada kuota produksi ketika semua menteri bertemu pada 30 November dan 1 Desember nanti.
Sebelumnya OPEC+ telah memangkas produksi sekitar 7,7 juta barel per hari (bph). Tingkat kepatuhan para anggotanya pun terlihat sangat tinggi di 101% pada bulan Oktober.
Mengacu pada pakta awal, OPEC+ berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 2 juta bph mulai Januari.Namun, pemulihan cepat produksi minyak di Libya yang juga merupakan anggota OPEC menjadi tantangan baru untuk OPEC+.
Produksi minyak Libya dengan cepat kembali ke atas 1,2 juta bph di tengah adanya perlambatan lalu lintas di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang signifikan membuat negara-negara di wilayah tersebut kembali mengetatkan pembatasan dan menerapkan lockdown.
Meskipun lockdown jilid dua ini dinilai tak akan semasif sebelumnya tetap saja menurunnya mobilitas publik membuat permintaan bahan bakar drop. Di saat konsumsi bahan bakar turun, pasar malah kebanjiran pasokan. Alhasil harga minyak pun tertekan.
"Lalu lintas jalan raya di Eropa turun hampir 50% dalam beberapa pekan terakhir terutama di beberapa negara (seperti Prancis) karena langkah-langkah penguncian meningkat," kata analis ANZ, melansir Reuters.
Pergerakan orang di jalan raya di Amerika Serikat juga melambat berdasarkan data jarak tempuh kendaraan meskipun pihak berwenang enggan menerapkan pembatasan baru, tambah analis ANZ.
Saat permintaan bahan bakar melambat, data Baker Hughes menunjukkan bahwa jumlah rig minyak dan gas alam AS naik minggu lalu ke level tertinggi sejak Mei karena produsen mulai kembali beroperasi didorong oleh kenaikan harga minyak pasca pelonggaran lockdown.
Analis ANZ memperkirakan surplus minyak meningkat menjadi antara 1,5 juta dan 3 juta bph pada paruh pertama tahun depan. Lebih lanjut vaksin dinilai hanya mampu meningkatkan permintaan pada semester kedua tahun 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aktivitas Bisnis AS Melambat, Harga Minyak Mentah Mendingin!