'Jumat Keramat', Rupiah Melemah 3 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 November 2020 15:58
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (13/11/2020). Dengan demikian, rupiah membukukan pelemahan 3 hari beruntun.

Rupiah sepertinya kehabisan tenaga sejak Rabu lalu, setelah sebelumnya membukukan penguatan 6 hari beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.140/US$. Setelahnya, rupiah melemah hingga 0,6% ke Rp 14.225/US$.

Rupiah berhasil bangkit menjelang penutupan perdagangan. Di akhir, rupiah berada di Rp 14.150/US$, melemah tipis 0,07% di pasar spot.

Meski melemah tipis, namun kinerja rupiah mengecewakan, sebab mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS.

Hingga pukul 15:03 WIB, selain rupiah hanya yuan China yang melemah 0,09%. Sementara itu rupee India menjadi mata uang terbaik hari ini dengan penguatan 0,21%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Aksi profit taking menjadi pemicu pelemahan rupiah 2 hari terakhir, dan berlanjut hari ini Maklum saja, sebelum melemah Mata Uang Garuda mencatat penguatan 6 hari beruntun dengan total 4%, dan berada di level terkuat dalam 5 bulan terakhir.

Berlanjutnya pelemahan rupiah sudah terlihat sejak pagi tadi, melihat sentimen pergerakan aset-aset berisiko yang melemah. Bursa saham AS merah pada perdagangan Kamis waktu setempat, dan bursa utama Asia serta Eropa menyusul ke zona merah hari ini.

Euforia kemenangan Joseph 'Joe' Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) serta vaksin virus corona dari Pfizer sepertinya mulai memudar, yang membuat rupiah diterpa aksi ambil untung (profit taking), dan dolar Singapura berhasil menguat.

Kedua faktor tersebut sebelumnya membuat rupiah perkasa sebelum melemah 3 hari beruntun.

Kemenangan Joe Biden dan vaksin Pfizer membuat aliran investasi mengalir deras ke Indonesia. Kemenangan Biden dianggap menguntungkan negara-negara emerging market seperti Indonesia, sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk. Selain itu, stimulus fiskal juga akan lebih besar ketimbang yang akan digelontorkan lawannya petahana Donald Trump dan Partai Republik. 


Sementara itu, vaksin Pfizer memberikan harapan hidup akan segara normal kembali, dan pelaku pasar pun semakin ceria.

Saat sentimen pelaku pasar membaik, maka aliran investasi akan ditujukan ke negara-negara emerging market dengan imbal hasil tinggi, seperti Indonesia.

Data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 60 miliar.

Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Sepanjang pekan ini bahkan lebih besar lagi, lebih dari Rp 4 triliun masuk ke pasar saham dalam negeri. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular