Harga CPO Cetak Rekor 8 Tahun, Saham Emiten Sawit Melesat!

Tri Putra, CNBC Indonesia
13 November 2020 10:33
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas minyak sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO) akhir-akhir ini sedang menjadi idola. Harganya terus merangkak naik setelah sebelumnya 'ambruk' dipukul oleh pandemi virus Covid-19.

Kenaikan harga CPO sendiri sudah terjadi sejak bulan Maret lalu. Reli yang terus terjadi membuat harga CPO kini berada di rentang tertingginya dalam kurun waktu 8 tahun.

Harga kontrak futures CPO pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatif Exchange sudah menyentuh level RM 3.300/ton sampai bulan November ini.

Sementara untuk harga CPO FOB Indonesia di Kalimantan sampai dengan September sudah tembus ke atas Rp 9.000/Kg.

Kenaikan harga CPO yang signifikan mulai bulan Oktober tentunya tidak terlepas darimunculnya sentimen La Nina.

La Nina pada dasarnya merupakan suatu fenomena alam yang dicirikan dengan intensitas hujan lebih tinggi. Bahkan bisa 40% lebih tinggi dari normal.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti bahwa mulai Oktober sampai akhir tahun hujan lebat akan melanda seluruh wilayah Tanah Air.

Badan Metereologi Amerika Serikat (AS) dan Australia memprediksikan dengan adanya La Nina maka minyak kedelai yang menjadi pesaing sekaligus produk pengganti CPO akan turun produksinya.

Ketika jumlah produksi minyak kedelai turun tentu hal ini akan menguntungkan minyak sawit

Bahkan apabila berkaca pada peristiwa La Nina yang pernah terjadi pada 2011-2012 dan 2016, maka dampaknya ke harga CPO sangatlah positif.

Kenaikan harga CPO ini dipandang menjadi sentimen positif untuk emiten sawit Tanah Air yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Simak tabel berikut.

Data perdagangan mencatat emiten sawit serta produk turunannya yang berkapitalisasi pasar sedang hingga besar dan berlikuiditas baik seluruhnya berhasil menghijau pada perdagangan hari ini, dengan kenaikan paling pesat dibukukan oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) yang berhasil melesat 2,91% ke level harga Rp 106/unit.

Sedangkan kenaikan paling minimal dibukukan oleh emiten sawit dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang berhasil melesat 0,45%.

Anak usaha Grup Astra di sektor agribisnis ini sementara diperdagangkan di harga Rp 11.150/unit.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular