Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah masih gamang menentukan arah di perdagangan pasar spot.
Pada Jumat (13/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.222. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah malah galau. Mata uang Tanah Air memulai perdagangan dengan stagnasi di Rp 14.140/US$. Kemudian sempat melemah 0,04%, dan berbalik menguat 0,07%. Pada pukul 10:00 WIB, rupiah melemah 0,14%.
Ternyata mata uang Asia lainnya juga begitu. Mata uang Benua Kuning bergerak variatif di hadapan dolar AS, belum menunjukkan tren yang ajeg.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:
Well, ternyata dolar AS sedang gamang. Pada pukul 09:29 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) hanya menguat tipis hampir flat di 0,02%.
Investor memang sedang di persimpangan. Di satu sisi, harapan akan hadirnya vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) semakin nyata. Setelah calon vaksin buatan Pfizer dan BioNTech disebut punya tingkat efektivitas lebih dari 90%, vaksin Sputnik-V buatan Rusia diklaim punya tingkat keberhasilan 92% melawan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bergerak cepat dengan berkoordinasi dengan Rusia. Dalam pernyataan kepada Reuters, WHO menyatakan telah berkomunikasi dengan Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology yang mengembangkan vaksin Sputnik-V.
"Kami menanti data seputar pengembangan kandidat vaksin Sputnik-V. Jika produk ini sesuai dengan kriteria, maka WHO akan mempublikasikan hasilnya," sebut pernyataan tertulis WHO.
Jika lolos, maka WHO akan merekomendasikan penggunaan vaksin Sputnik-V kepada negara-negara anggota. Prosedur pemberian rekomendasi ini akan disederhanakan, mengingat situasi memang sedang genting.
Namun di sisi lain, pelaku pasar (dan seluruh dunia) cemas akan penyebaran virus corona yang semakin cepat dan luas. Data WHO per 12 November 2020 menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia adalah 51.848.261 orang. Bertambah 579.253 orang (1,13%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (30 Oktober-12 November 2020), rata-rata tambahan pasien positif baru mencapai 529.491 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 427.590 orang.
"Di satu sisi ada alasan untuk yakin bahwa ekonomi akan bangkit. Namun di sisi lain, pandemi masih ganas. Kita belum bisa segera keluar dari hutan belantara ini," kata Rodrigo Catril, Senior Currency Strategist di National Australia Bank, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA